Doa Bersama dari Museum PETA, Wali Kota Blitar Serukan Persatuan dan Kedamaian

Reporter

Aunur Rofiq

02 - Sep - 2025, 08:55

Wali Kota Blitar Mas Ibin bersama jajaran Forkopimda, tokoh agama, dan tokoh masyarakat mengucapkan ikrar Deklarasi Damai di Monumen PETA. (Foto: Aunur Rofiq/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Museum PETA di jantung Kota Blitar, Senin malam (1 Agustus 2025), tampak berbeda dari biasanya. Cahaya lampu menyoroti monumen para pejuang yang berdiri gagah, sementara di bawahnya puluhan tokoh masyarakat, pejabat, dan warga duduk bersila di atas hamparan karpet merah. Malam itu, tempat yang biasanya menjadi ruang sejarah, berubah menjadi altar doa dan persatuan.

Pemerintah Kota Blitar mengadakan doa bersama yang dirangkai dengan deklarasi damai. Acara ini dipimpin langsung oleh Wali Kota Blitar, H. Syauqul Muhibbin yang akrab disapa Mas Ibin. Turut hadir jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), pimpinan dan anggota DPRD, kepala OPD, PCNU, para kiai, alim ulama, MUI, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, serta organisasi kepemudaan dan komunitas ojek online.

Baca Juga : Rahasia Waktu Terbaik Menimbang Berat Badan, Biar Hasil Diet Lebih Akurat

Deklarasi damai ini bukan tanpa sebab. Dua hari sebelumnya, Blitar diguncang peristiwa tak terduga. Ribuan massa, diperkirakan mencapai lebih dari 3.000 orang, menyerang Mapolres Blitar Kota. Amuk massa bahkan nyaris merembet ke gedung DPRD dan fasilitas pemerintahan lainnya.

Mas Ibin tidak menutup-nutupi kejadian itu. Ia menilai serangan tersebut sebagai sebuah serangan mendadak terhadap aset publik dan fasilitas pemerintahan. Menurutnya, tanggung jawab menjaga kota tidak bisa hanya dibebankan kepada aparat, melainkan harus menjadi kerja bersama seluruh elemen masyarakat.

“Kita harus mengantisipasi efek domino. Apa yang terjadi di pusat atau daerah lain bisa menjalar ke Blitar jika kita lengah,” ujar Mas Ibin. Ia menegaskan, doa bersama malam itu menjadi ikhtiar spiritual, seraya berharap keselamatan, kedamaian, dan ketenangan bagi Kota Blitar.

Pemilihan Museum PETA sebagai lokasi acara bukan kebetulan. Di sanalah semangat perlawanan terhadap penjajahan dulu digelorakan. Nama Supriyadi, komandan pemberontakan PETA, diabadikan sebagai simbol keberanian.

Mas Ibin

Mas Ibin mengingatkan hadirin pada pesan Bung Karno yang pernah berkata, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Perjuangan kalian lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.” Menurutnya, pesan itu relevan dengan peristiwa kerusuhan yang melibatkan sebagian besar anak muda Blitar.

“Mereka tetap saudara kita, anak-anak kita. Tidak boleh dianggap musuh, tetapi harus kita ajak kembali ke jalan yang menenangkan, bukan jalan kerusuhan,” ungkapnya. Kalimat itu disampaikan dengan nada persuasif, menunjukkan bahwa pemerintah memilih pendekatan merangkul, bukan memusuhi.

Doa bersama itu kemudian ditutup dengan deklarasi damai. Para pemuka agama, pejabat, unsur organisasi termasuk perwakilan media, unsur masyarakat, serta komunitas ojek online mengucapkan ikrar untuk saling menjaga Kota Blitar.

Wali Kota menegaskan, sehebat apa pun usaha manusia, keputusan akhir tetap berada di tangan Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, doa bersama dianggap sebagai pondasi spiritual bagi langkah-langkah nyata berikutnya. “Ini bukan hanya acara simbolis. Ini penegasan bahwa kita siap bergandeng tangan menjaga Blitar tetap kondusif,” ujarnya.

Selain doa, Pemkot Blitar tidak tinggal diam. Mas Ibin menjelaskan, pihaknya telah mendirikan beberapa posko keamanan di sejumlah titik. Pemerintah juga menggandeng RT/RW hingga kelurahan untuk menghidupkan kembali ronda malam. Akses ke area perumahan dibatasi setelah pukul 22.00.

Ia juga memberikan perhatian khusus pada kalangan pelajar. Pemerintah meminta para siswa untuk tidak ikut dalam kegiatan malam di luar rumah, melainkan fokus pada kegiatan belajar di sekolah. “Kami minta orang tua ikut mengawasi putra-putrinya, termasuk mengecek ponsel mereka. Karena konsolidasi gerakan ini banyak dilakukan lewat media sosial, dan penyebarannya sangat cepat,” tegasnya.

Baca Juga : Klarifikasi Kholiq Wakil Ketua DPRD Kabupaten Malang: Koordinasi dengan Petani di Jakarta, Tak Pakai Fasilitas Negara

Kebijakan itu dipandang sebagai langkah preventif untuk menutup ruang mobilisasi massa yang bisa memicu kerusuhan baru. Pemerintah mengajak keluarga ikut mengawasi agar anak muda tidak terseret arus destruktif.

Acara di Museum PETA memberi pesan lebih luas. Di tengah kerentanan politik nasional yang kerap dibayang-bayangi polarisasi, Blitar memilih menegakkan politik kebajikan: politik yang merangkul dan menyejukkan.

Para tokoh pemuda menyambut baik langkah ini. Bagi mereka, deklarasi damai menumbuhkan rasa memiliki. Dengan melibatkan organisasi kepemudaan, kampus, hingga komunitas ojek online, pemerintah menegaskan bahwa menjaga kota adalah urusan bersama.

Deklarasi

Malam itu, Museum PETA menjadi ruang doa sekaligus pengingat perjuangan. Di hadapan monumen para pejuang, masyarakat Blitar diingatkan bahwa tugas hari ini adalah merawat kedamaian di rumah sendiri.

Peristiwa Minggu malam lalu menjadi pelajaran berharga. Doa bersama ini menjawabnya dengan pilihan untuk bangkit. Dari kota kecil dengan sejarah besar, pesan damai bergema, menegaskan bahwa menjaga kedamaian adalah bagian dari perjuangan bangsa.

Doa bersama berakhir tanpa gegap gempita. Tak ada sorak-sorai, hanya hening doa dan ikrar bersama. Dalam kesederhanaan itulah kekuatan acara ini terasa.

Wali Kota Mas Ibin menutup dengan ajakan persuasif. “Kota ini milik kita semua. Kalau aman, kita bisa bekerja, belajar, dan beribadah dengan tenang. Mari jadikan Blitar teladan kota kondusif di Jawa Timur,” ujarnya.

Deklarasi damai “Saling Jaga, Saling Merawat Kedamaian” menjadi penanda bahwa Kota Blitar tidak ingin hanyut dalam kekacauan. Ia memilih jalannya sendiri: jalan persatuan, jalan doa, jalan pembangunan.