JATIMTIMES - Hari Jumat dikenal luas sebagai hari penuh keberkahan dalam tradisi Islam. Tidak hanya ditandai dengan pelaksanaan salat Jumat secara berjamaah, tetapi juga dipandang sebagai hari yang memiliki posisi penting dalam sejarah penciptaan alam semesta. Sejumlah sumber klasik menyebutkan bahwa Jumat adalah momentum ketika seluruh ciptaan Allah mencapai kesempurnaannya.
Imam Ibnu Katsir, ulama besar abad pertengahan, dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim menegaskan bahwa hari Jumat merupakan hari keenam dalam hitungan kalender Islam. Berbeda dengan kalender Masehi yang memulai pekan dari Senin, kalender hijriah memulai pekan dari Ahad (Minggu). Karena itu, Jumat dipandang sebagai titik penutup rangkaian penciptaan alam semesta.
Baca Juga : Khutbah Jumat 5 September: Cara Meraih Berkah Rabiul Awal
“Pada hari itulah semua makhluk menjadi sempurna,” tulis Ibnu Katsir. Pandangan ini menyiratkan bahwa Jumat bukan sekadar akhir pekan dalam hitungan waktu, melainkan hari kosmik ketika langit, bumi, dan segala isi di dalamnya disempurnakan oleh Sang Pencipta.
Rasulullah SAW juga menegaskan keistimewaan Jumat. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Syaikh disebutkan:
“Dalam tujuh hari, ada satu hari yang Allah memilihnya dari seluruh hari. Pada hari Jumat Allah menciptakan langit dan bumi. Pada hari itu pula Allah menyelesaikan ciptaan-Nya, serta menciptakan surga dan neraka.” (HR. Abu Syaikh).
Hadis ini menunjukkan bahwa Jumat tidak hanya berkaitan dengan dunia yang dapat disaksikan, tetapi juga berkaitan dengan realitas akhirat. Surga dan neraka, dua tujuan akhir perjalanan manusia diciptakan pada hari yang sama dengan penyempurnaan jagat raya.
Para ulama menafsirkan kedudukan Jumat sebagai tanda bahwa hari tersebut memiliki nilai spiritual yang dalam. Quraish Shihab, mufasir kontemporer Indonesia, dalam beberapa karyanya menyebutkan bahwa Jumat bukan hanya hari ritual, tetapi juga momentum yang mengingatkan manusia pada perjalanan hidupnya.
“Jumat adalah pengingat agar manusia tidak terjebak pada kesibukan dunia semata. Ia adalah hari pertemuan, hari penggenapan, sekaligus hari janji Allah kepada manusia tentang tujuan akhirnya,” tulis Shihab dalam tafsir Al-Mishbah.
Baca Juga : 30+ Ucapan Maulid Nabi 2025 yang Menyentuh Hati dan Penuh Makna, Cocok untuk Status Media Sosial
Dengan begitu, setiap kali umat Islam berkumpul untuk salat Jumat, sesungguhnya mereka sedang menghidupkan kembali ingatan tentang awal dan akhir penciptaan.
Hari Jumat juga dikenal sebagai sayyid al-ayyām atau “penghulu hari”. Dalam berbagai riwayat, Jumat dianggap sebagai hari paling utama dibandingkan enam hari lainnya. Selain perintah ibadah khusus, Jumat menyimpan pesan reflektif: manusia diciptakan dalam keteraturan, disempurnakan dalam waktu tertentu, dan kelak akan kembali kepada Allah pada hari yang ditentukan.
Tradisi keilmuan Islam memandang refleksi ini penting untuk menumbuhkan kesadaran etis. Bahwa kesempurnaan alam bukanlah semata peristiwa sejarah, tetapi juga pesan moral agar manusia menjaga ciptaan dengan tanggung jawab. Langit, bumi, surga, dan neraka bukan sekadar simbol kosmik, melainkan juga peta perjalanan manusia dari awal hingga akhir.
Jumat, dengan segala kemuliaan yang melekat padanya, bukan hanya soal ritual mingguan. Ia adalah hari pengingat tentang kesempurnaan ciptaan, tanda kekuasaan Allah, dan arah perjalanan hidup manusia menuju akhirat. Dengan memahami dimensi ini, ibadah di hari Jumat tidak hanya menjadi rutinitas, tetapi juga momentum untuk memperdalam iman, memperkuat persaudaraan, dan menata arah hidup.
