Jika di Jawa Tengah khususnya Jogjakarta, Warga mengenal nama nasi kucing atau jika di Bali ada Nasi Jinggo maka di Tulungagung warga mengenal dengan sego bantingan. 

Sego atau nasi bantingan ini banyak ditemui di warung kopi atau warkop yang sekaligus menyediakan kopi Cethe dan gorengan.

"Kurang lengkap jika ngopi tanpa makan nasi bantingan dan gorengan ini," kata Agus Hidayat (26) pemuda yang sedang nongkrong di kawasan pinka Tulungagung

Nasi bantingan yang awalnya dulu hanya berlauk sambel goreng manis seperti tempe atau tahu, kini semakin dimodifikasi menjadi berbagai menu yang bervariasi.

"Ini ada oseng ayam, nasi telur, gudeg, ayam dan jeroan, bahkan kadang ada yang ikan laut," tutur Sukartin, salah satu suplayer nasi bantingan yang menyetor ke beberapa warung.

Selain porsi kecil, nasi bantingan ini harganya sangat murah. 

Mulai dari 2500 rupiah hingga 3000, satu bungkus nasi bantingan ini cukup untuk mengganjal perut yang perih baik di pagi, siang atau malam hari.

Nasi bantingan ini juga punya khas yaitu dibungkus dengan daun pisan atau kertas minyak atau koran. 

Nasi atau sego bantingan khas Tulungagung diminati segala kalangan karena memakan nasi bantingan sambil nyethe merupakan seni yang terjadi puluhan tahun lalu.

Nah, bagi warga luar Tulungagung jika mampir warung di kota marmer ini jangan lupa untuk menikmati nasi bantingan dengan kopi Cethe, gorengan hingga pelayan yang menyuguhkan.

Di warung cethot, warung pangku hingga warung lesehan selalu ada sego bantingan yang membuat pengunjung dapat berlama-lama dengan modal yang terbatas alias dompet tipis. 

Meski namanya bantingan, jangan takut jika mampir ke warung lalu akan di banting oleh pemilik atau pelayan warung yang membuat selera makan akan meningkat drastis, cobalah..!!