JATIMTIMES - New York City mencatat sejarah baru. Zohran Mamdani berhasil memenangkan pemilihan wali kota pada Selasa (4/11) waktu setempat, menjadikannya wali kota Muslim pertama yang akan memimpin salah satu kota terbesar dan paling berpengaruh di dunia tersebut.

Mamdani unggul dalam persaingan ketat melawan mantan Gubernur Partai Demokrat, Andrew Cuomo. Dalam hasil jajak pendapat terbaru, ia meraih sekitar 44 persen suara, sementara Cuomo berada sedikit di belakangnya. Adapun calon dari Partai Republik, Curtis Sliwa, berada di posisi ketiga dengan sekitar 24 persen suara.

Baca Juga : Selamat karena Takwa: Jejak Cahaya dari Kisah Para Nabi

Kemenangan ini menjadi simbol baru politik Amerika Serikat, menunjukkan bagaimana masyarakat urban mulai membuka ruang lebih luas bagi keberagaman identitas, agama, dan latar belakang dalam kepemimpinan publik.

Profil Zohran Mamdani

Dilansir dari USA Today, Zohran Mamdani lahir di Kampala, Uganda, pada 18 Oktober 1991. Ketika berusia tujuh tahun, ia bersama keluarganya pindah ke New York dan tumbuh besar di kota tersebut.

Latar Belakang Keluarga

Ayah: Mahmood Mamdani, profesor di Universitas Columbia, dikenal luas dalam dunia akademik.

Ibu: Mira Nair, sutradara asal India dengan reputasi internasional.

Keluarga yang kuat dalam pendidikan, seni, dan wacana kritis membentuk pandangan Mamdani mengenai keadilan sosial, pluralisme, dan kemanusiaan.

Riwayat Pendidikan

• SMA di Bronx High School of Science

• Kuliah di Bowdoin College, mengambil studi Afrika

• Resmi menjadi warga negara AS pada tahun 2018

Awal Karier dan Terjun ke Politik

Sebelum masuk ke dunia politik, Mamdani aktif dalam gerakan advokasi perumahan di New York. Ia bekerja sebagai konselor pencegahan penyitaan rumah, membantu warga kelas pekerja yang terdampak krisis perumahan.

Keterlibatannya di komunitas membuat ia dipercaya publik dan akhirnya terpilih menjadi anggota Majelis Negara Bagian New York mewakili Distrik 36 di Queens.

Menurut New York State Assembly, Mamdani menjadi wakil keturunan Asia Selatan pertama sekaligus Muslim ketiga yang pernah menduduki posisi tersebut.

Dukungan Terhadap Palestina

Dalam konteks politik Amerika yang umumnya bersikap pro-Israel, Mamdani mengambil posisi yang tegas berbeda.

- Sejak kuliah, ia mendirikan cabang pertama Students for Justice in Palestine

- Mendukung gerakan BDS (Boikot, Divestasi, dan Sanksi)

Baca Juga : Pemkab Banyuwangi Fasilitasi Pondok Pesantren Urus PBG dan SLF Demi Lingkungan Belajar Aman

- Pada 2023, ia mengajukan RUU untuk mencabut status bebas pajak badan amal yang mendukung pembangunan permukiman ilegal Israel (walau tidak lolos)

Dalam wawancara bersama Mehdi Hasan pada Desember 2024, Mamdani bahkan menyatakan bahwa ia akan menangkap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bila mengunjungi New York.

Pada 31 Oktober 2024, melalui unggahan di platform X, ia menuliskan “Saya akan selalu jelas dalam bahasa saya dan berdasarkan fakta, Israel sedang melakukan genosida.”

Sikap tersebut menimbulkan respon beragam. Sebagian kalangan muda progresif memujinya sebagai figur berani dan jujur.

Sementara itu, kritik keras datang dari kelompok konservatif.

Bahkan Presiden AS Donald Trump menyerangnya melalui Truth Social, menyebutnya sebagai “komunis gila 100%”. Namun serangan itu justru meningkatkan dukungan untuk Mamdani, terutama dari pemilih muda yang mendambakan perubahan struktur politik.

Makna Kemenangan Mamdani

Kemenangan Zohran Mamdani mencerminkan:

• Pergeseran arah politik perkotaan di Amerika Serikat

• Meningkatnya kepercayaan pemilih pada tokoh berakar pada aktivisme sosial

• Semakin kuatnya aspirasi generasi muda terhadap keadilan global

Mamdani kini berada di posisi strategis untuk menerjemahkan prinsip kesetaraan, transparansi, dan keberpihakan pada kelompok marjinal ke dalam kebijakan nyata untuk warga New York.