JATIMTIMES - Cuaca cerah berangsur mendung menyelimuti Kota Batu pertengahan September 2025 lalu. Saat para seniman jalanan dari Boys From The Hills beraksi pada dinding samping sebuah gedung olahraga di Jalan Diran Batu. Merekalah komunitas graffiti atau Graffiti Crew yang hingga kini menjadi pemeran utama skena Graffiti di Kota Apel.
Sekelompok pemuda yang sudah lihai memainkan semprotan cat kaleng menjadi karya-karya unik heragam warna. Dengan kekayaan visual dan ciri khas masing-masing, gambar-gambar yang dibuat di media dinding besar kerap memancing rasa penasaran sampai takjub siapa saja yang menyaksikan atau melintas. Selayaknya papan iklan yang baru terpasang di sudut-sudut kota.
Baca Juga : Piyu PADI Dorong Generasi Muda Melek Investasi: Naikkan Dulu Value Diri Kita
Graffiti atau seni menuliskan sesuatu melalui beragam gaya coretan banyak diminati remaja hingga dewasa. Seni yang dulunya kerap dikaitkan dengan vandalisme berunsur negatif perlahan diterima masyarakat. Hal serupa juga ditemui dalam perjalanan perkembangan graffiti di Kota Batu.
Benol salah satu pelakunya, ia tergabung dalam Boys From The Hills (BFTH) sudah cukup lama. Pria bernama asli Ahmad Kholili itu menjadi seniman jalanan untuk menyalurkan hobinya sejak kecil. Beberapa komunitas di Kota Batu mempengaruhi gaya ia berkesenian di tembok-tembok jalan.
"Di Batu dulu ada namanya Battle Crew, Animal Crew, dan Racon. Battle Crew pakai stencil (teknik menggambar dengan cetakan kertas yang dilubangi) gambar font rapi banget, ternyata yang main cutting. Animal Crew dulu saya spesialis mural pakai cat dengan membuat karakter. Yang lain lebih ke font spesialis cat semprot. Seiring berjalannya waktu lawas bertahan itu-itu saja," cerita Benol.
Ia ada di komunitas-komunitas dan menggambar bersama dalam waktu yang cukup lama. Sejak sekitar tahun 2017, Benol mendirikan Mbatu Seni Jalanan (MSJ) yang mewadahi lebih beragam jenis pergerkan seni jalanan. Baik graffiti dengan media cat semprot mauoun mural dan stencil. Mereka bermula dari lima orang, tanpa ketua atau koordinator.
"Next, lambat laun setelah pandemi Covid sempat ada konflik juga vakum. Tapi setelah itu menghadirkan BFTH. Saat itu saya kebetulan mencoba dekat lagi juga di tahun 2019-2020 ditunjuk sebagai ketua Galeri Raos," kata dia.
Dipercayai sebagai ketua galeri tak disia-siakan begitu saja. Ia mengajak kaula muda yang bergerak di seni jalanan untuk ambil peran, mengenalkan graffiti ke masyarakat lewat pameran. Di mana sebelumnya pameran yanga didominasi seniman konvensional senior. "Biar diisi anak muda juga, bisa pameran meski awalnya banyak yang tidak percaya diri," jelasnya.
Baca Juga : Dendrobium Black Mamba Jadi Anggrek Termahal di Batu Shining Orchid Week 2025, Tembus Ratusan Juta
Benol menceritakan, jika pergerakan graffiti di Kota Batu cukup dipengaruhi dengan banyak anak muda yang membawa massa dari Kota Malang atau bertandang ke kota sebelah. Menggambar dalam satu event yang sama dan saling belajar.
Dengan perkembangan media sosial yang kencang, peningkatan kemampuan seniman-seniman jalanan itu dirasa pesat meski rata-rata autodidak. "Tidak banyak yang punya teori, tapi mereka gila gilaan di teknik," sebut pria yang juga berprofesi sebagai guru seni itu.
Hingga saat ini diyakininya banyak Graffiti crew yang lahir dari pemuda-pemuda di Kota Batu dan Malang Raya yang memperkaya keberagaman. "Sekarang di Batu juga lebih banyak event itu dibuat tematik. Saling berkolaborasi gambar dan font satu sama lain. Terakhir sempat event jamming tema bantengan, menggambarnya juga pakai kostum-kostum bantengan," sebutnya.
Benol menyadari, bahwa pandangan masyarakat terhadap Graffiti dan seniman jalanan lain kini sudah mulai berubah. Tak sekadar dipandang merusak atau vandalisme, melainkan mulai tertarik dan menikmati seni yang tersaji di ruang publik. "Pandangan masyarakat sudah berkembang. Beberapa kali lewat situ malah ditanyai kapan gambar lagi," imbuhnya.