Fenomena gantung diri di Tulungagung akhir-akhir ini benar-benar meresahkan. Entah sudah berapa puluh dalam kurun waktu enam bulan, sejak masuk 2017 ini.
Tulungagung TIMES, sering mendapat kabar dan memberitakan gantung diri di Kota Marmer dengan dugaan modus yang berbeda- beda.
"Kendat atau gantung diri itu bukan kemauan manusia, tapi lebih semata dorongan atau bisikan sesuatu yang dialami sehingga korban menuruti dan melakukan bunuh diri itu secara sadar dan tidak sadar," tutur Ki Sutikno ketua Paguyuban Murtitomo Waskito, Tulungagung.
Ki Sutikno yang merupakan ahli spiritual asal Desa Gempolan Pakel itu juga mengumpamakan kecenderungan orang bunuh diri seperti orang semedi.
"Kadang dalam semedi bertemu sosok berjubah putih dan dipercaya sebagai Mahaguru atau malaikat, dalam kehidupan orang yang punya masalah juga kadang bertemu sosok gaib yang menuntun, mempengaruhi dan mengajak ke sesuatu penyelesaian masalah secara cepat yaitu bunuh diri," paparnya.
Pernah seseorang yang selamat dari bunuh diri (mengurungkan niat) tiba-tiba menjadi asing dengan apa yang telah terjadi. Seperti di bawah alam sadar, korban tersadar seperti bangun tidur.
"Makanya kadang sadar dan tidak sadar, karena bisikan itu meyakinkan bahwa yang digantung bukan leher dia tapi leher hewan seperti sapi atau kambing. Tapi ada yang sadar bahwa bunuh diri adalah cara cepat dan tepat terbebas dari masalah," tambahnya.
Menurut Ki Sutikno, mendekatkan diri pada agama dan keyakinan merupakan jalan yang tepat untuk menjauhkan pikiran dan pengaruh untuk melakukan perbuatan yang merugikan diri sendiri.
Ki Sutikno tidak menyebutkan pengaruh pulung seperti yang diyakini sebagian orang menjadi penyebab utama bunuh diri versi ilmu supranatural.