JATIMTIMES - Hadir di antara pohon apel dan semilir angin pegunungan, Warung Angling Dharma di Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, menghadirkan suasana makan yang berbeda.
Warung sederhana ini seolah menyatu dengan alam, berdiri di tengah kebun apel hijau yang menyejukkan mata, menawarkan pengalaman santap murah meriah sambil menikmati panorama khas Kota Batu yang tenang dan asri.
Lokasinya sangat mudah dicari, karena satu arah menuju Pura Giri Arjuno. Tepatnya di Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Hanya saja bagi yang ingin datang, warung ini buka setiap Jumat hingga Minggu, pukul 10.00 hingga 17.00 WIB.
“Karena hari lain kami ada kegiatan lain atau kerja. Jadi warung ini lebih ke tempat kami melepas penat dan berbagi kebahagiaan dengan pengunjung,” ungkap salah satu pengelola Warung Angling Dharma, Denok Agnes.
Saat datang pengunjung akan disuguhkan dengan warung sederhana penuh makna. Karena bangunan rumah Jawa jaman dulu, seperti gubuk terbuat dari bambu, kayu beratapkan genting.
Dari luar saja warung ini sudah digeruduk pengunjung yang ingin menyantap kuliner dengan pesona pemandangan yang luar biasa. Salah satu andalan warung ini yang wajib dicicipi adalah soto.
“Menu andalan kita adalah soto dengan harga Rp 5 ribu satu mangkok. Saya menyebutnya makan soto with the view, karena sambil menikmati keindahan alam Kota Batu,” kata salah satu pengelola Warung Angling Dharma, Denok Agnes, saat ditemui Minggu (2/11/2025).
Setelah memesan pengunjung bisa menikmati di teras bambu, sambil memandang hamparan ladang hijau dan perbukitan yang membingkai langit Kota Batu. Sesekali terdengar tawa pengunjung yang menikmati soto hangat seharga Rp 5 ribu saja per porsinya.
Tak hanya soto, warung ini juga punya menu khas lain seperti sego endog (nasi telur) dan sego tempe yang sama-sama dibanderol Rp 5 ribu per porsi. Bagi yang ingin porsi lebih besar, tersedia Mie Buto seharga Rp 10 ribu, ini jadi menu termahal di sini.
Baca Juga : Dampaknya Dikeluhkan, Wali Kota Malang Pastikan Proyek Drainase Suhat Dikebut
Sementara aneka gorengan hanya seribu rupiah per potong, dan minuman tradisional atau wedhangan bisa dinikmati mulai Rp 4 ribu. “Kami ingin semua orang bisa makan enak tanpa mikir mahal. Karena konsep kami memang sederhana, tapi dari hati,” imbuh Denok.
Menurutnya warung ini berdiri atas inisiatif empat orang sahabat, yang memanfaatkan lahan apel tidak produktif milik salah satu di antara mereka. Tercetuslah nama Angling Dharma.
“Nama Angling Dharma kami pilih karena bangunannya menyerupai rumah Jawa. Kami ingin kesannya tenang, teduh, dan menyatu dengan alam, seperti filosofi tokoh Angling Dharma itu sendiri,” tegas Denok.
Dengan harga ramah kantong dan suasana yang menenangkan, Warung Angling Dharma bukan sekadar tempat makan, tapi ruang nostalgia bagi siapa pun yang rindu kehangatan desa dan kesederhanaan yang membahagiakan.
