Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Tradisi Carok Kini Semakin Pudar dari Masyarakat Madura

Penulis : Mutmainah J - Editor : Yunan Helmy

01 - Jun - 2023, 07:02

Ilustrasi carok di Madura. (Foto dari internet)
Ilustrasi carok di Madura. (Foto dari internet)

JATIMTIMES - Tradisi carok di Madura dianggap sebagai sesuatu yang sangat memiriskan. Tradisi ini berbentuk perkelahian dengan menggunakan celurit, yakni senjata tajam yang melengkung dengan bagian ujung sangat tajam.

Peristiwa carok merupakan suatu pembunuhan yang sangat keji dan sadis dengan mengatasnamakan pertahanan harga diri yang tercabik.

Baca Juga : Banyak Tindakan Tak Beretika Turis Asing, Gubernur Bali Keluarkan 8 Larangan dan 12 Kewajiban Bagi Wisatawan

Kekejaman, kekejian, dan kesadisan dapat dilihat dari kondisi korban carok. Tubuh para korban penuh luka bacokan. Bahkan terkadang terpotong-potong sampai beberapa bagian.

Stereotipe carok ini salah satunya yang membuat masyarakat Madura memiliki citra diri keras, kaku, ekspresif, temperamental, pendendam, dan suka melakukan tindak kekerasan. Padahal, budaya Madura sebenarnya sarat akan nilai-nilai positif. Hanya, nilai-nilai positif itu tertutupi dengan sikap dan perilaku negatif sebagian orang Madura.

Perilaku carok tidak muncul begitu saja, melainkan ada penyebab yang sangat esensial. Pemicu utama budaya carok adalah ketika harga diri dan martabat seseorang terlukai, tercemar, dan terinjak-injak.

Jika awalnya tragedi carok dipicu sesuatu yang esensial dan prinsipil, lambat laun persoalan bergeser pada masalah martabat dan harga diri. Pergeseran pada persoalan-persoalan tersebut bisa dipicu oleh beberapa hal, seperti melanggar kesopanan, persoalan anak-anak, hingga penghinaan dan persoalan- persoalan kecil yang mampu membakar emosi.

Pada awal kemunculannya, carok banyak dilakukan dengan cara ngonggai. Ngonggai yaitu menantang lawan secara terang-terangan dengan mendatangi rumahnya.

Sejak dekade 1970-an, terdapat pergeseran bahwa carok kadangkala dilakukan dengan cara nyelep. Nyelep diartikan sebagai bentuk menyerang lawan dari samping atau dari belakang saat dalam keadaan lengah.

Baca Juga : Pemkab Banyuwangi Koordinasi dengan BP2MI Berupaya Tuntaskan Persoalan Pekerja Migran

Dengan adanya kebiasaan melakukan carok dengan cara nyelep, maka etika yang bermakna kejantanan bergeser menjadi brutalisme dan egois. 

Konon, di bagian Madura pedalaman tradisi carok dilakukan hingga turun-temurun. Keluarga yang menjadi korban carok akan meyimpan baju yang bersangkutan (meninggal) ke tetangganya yang kelak akan diperlihatkan kepada anaknya setelah dewasa. Hal tersebut untuk menunjukkan bahwa ayahnya mati karena carok sehingga akhirnya menimbulkan rasa dendam pada sang anak.

Dalam perkembangannya, budaya carok lambat laun mulai terkikis dari masyarakat tradisional Madura. Hal itu disebabkan gesekan dengan budaya yang datang dari luar Madura. Salah satunya masuknya akses pendidikan.

Dengan demikian, budaya carok sebagai warisan lama pun mulai tersingkirkan. Hal ini pula yang terus digaungkan D. Zawawi Imron, seorang penyair dan budayawan Madura yang menepis sekaligus menghapus pandangan tentang stigma negatif orang Madura.


Topik

Serba Serbi Carok Madura orang Madura


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Tulungagung Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

Yunan Helmy