Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Seni dan Budaya

Mengulas Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki yang Sarat Makna dan Kritik Sosial, Lengkap dengan Liriknya

Penulis : Tubagus Achmad - Editor : Pipit Anggraeni

02 - May - 2022, 15:15

Pahlawan Nasional sekaligus komponis asli Betawi Ismail Marzuki. (Foto: Istimewa)
Pahlawan Nasional sekaligus komponis asli Betawi Ismail Marzuki. (Foto: Istimewa)

JATIMTIMES - Dalam menyambut Hari Raya Idul Di tentu tidak pas rasanya jika tidak mengulas lagu-lagu legendaris yang selalu dinyanyikan di momentum yang suci, setelah berpuasa selama satu bulan lamanya. 

Salah satu lagu yang sudah legendaris dan kerap kali menjadi daftar lagu yang di cover oleh para musisi yakni lagu "Hari Lebaran" ciptaan komponis terkemuka dan maestro asli Betawi sekaligus Pahlawan Nasional RI yakni Ismail Marzuki

Baca Juga : 5 Negara Ini Disebut Paling Aman jika Terjadi Perang Dunia III, Ada Selandia Baru

Deretan musisi, penyanyi solo maupun band telah mengemas dengan aransemen lagu "Hari Lebaran" ciptaan Ismail Marzuki dengan nada-nada yang lebih kekinian. Mulai dari aransemen lagu hingga dibawakan secara instrumental. 

Di antaranya, Deredia, Sentimental Moods, Tasya Kamila, Jubing dan Windy, Sylvia Novie, Paddhang Tresna, Alip Ba Ta, Sintesa Vocal Play, Nufi Wardhana, Naomira Azalia, Marsha Chikita Fawzi hingga terbaru Project Pop yang videonya telah diunggah melalui channel YouTube Project Pop pada hari Sabtu (23/4/2022). 

Lagu orisinal "Hari Lebaran" sendiri direkam di studio RRI Jakarta pada tahun 1954 dan dinyanyikan pertama kali oleh Didi yang merupakan nama samaran dari Suyoso Karsono. Di rekaman pertama tersebut Didi diiringi oleh grup musik Rima Seirama. 

Lagu "Hari Lebaran" ciptaan Ismail Marzuki ini juga sempat dibawakan dengan aransemen berbeda oleh Titiek Puspa, Betaria Sonata, Yani Libels, Puput Novel dan Deny Malik pada medio 1980-an. 

Selain itu, lagu "Hari Lebaran" juga populer di telinga pendengar musik yang ada di Singapura dan Malaysia. Hal itu setelah lagu "Hari Lebaran" dinyanyikan oleh P Ramlee dengan menyesuaikan beberapa lirik dengan Bahasa Melayu Malaysia.

Melalui lagu "Hari Lebaran", Ismail Marzuki mengenalkan frasa "Selamat Idul Fitri, Minal Aidzin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin" yang masih populer dan digunakan hingga saat ini. 

Dalam beberapa bait pada lagu "Hari Lebaran" memuat beberapa tema. Mulai dari perasaan yang riang gembira, merekam suasana lebaran hingga kritik sosial pada zaman terciptanya lagu "Hari Lebaran" yang terkadang masih relevan dengan kehidupan saat ini. 

Lagu dibuka dengan lirik perasaan riang gembira menyambut hari Lebaran. Setelah sebulan berpuasa dan membayar zakat fitrah, waktunya bersuka ria dan bermaaf-maafan. Tidak lupa mendoakan rakyat Indonesia makmur sejahtera dan mengucapkan selamat kepada para pemimpin.

Berikut ini liriknya: 
Setelah berpuasa satu bulan lamanya
Berzakat fitrah menurut perintah agama
Kini kita beridul fitri berbahagia
Mari kita berlebaran bersuka gembira

Berjabatan tangan sambil bermaaf-maafan
Hilang dendam habis marah di hari lebaran

Reff:
Minal aidin wal faidzin
Maafkan lahir dan batin
Selamat para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin

Baca Juga : 10 Rekomendasi Tempat Kuliner Legendaris di Kota Malang, Wajib Dikunjungi saat Libur Lebaran

Kemudian, pada bait berikutnya, Ismail Marzuki berusaha menggambarkan suasana lebaran pada saat awal-awal kemerdekaan di tahun 1950-an. Mulai dari memakai pakaian baru, naik terem ke kota dan berjalan-jalan hingga kaki lecet. 

Lalu kehidupan ekonomi di tahun itu pun tidak lupa digambarkan oleh Ismail Marzuki, serta kebiasaan masyarakat yang menikah di momen Bulan Syawal. Tidak lupa Ismail Marzuki juga membubuhkan akses dan logat Betawi pada beberapa lirik lagu "Hari Lebaran". Mengingat Ismail Marzuki merupakan putra asli Betawi kelahiran Kwitang, 11 Mei 1914. 

Dari segala penjuru mengalir ke kota
Rakyat desa berpakaian baru serba indah
Setahun sekali naik terem listrik perey
Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore
Akibatnya tengteng selop sepatu terompe
Kakinya pada lecet babak belur berabe

Reff:
Maafkan lahir dan batin,
'lang tahun hidup prihatin
Cari wang jangan bingungin,
'lan Syawal kita ngawinin

Lalu dibait terakhir Ismail Marzuki juga tidak lupa mengingatkan kondisi sosial di masyarakat pada saat itu, serta peringatan agar tidak melakukan tindakan korupsi. Di mana hal itu juga masih relevan dengan kondisi saat ini. 

Cara orang kota berlebaran lain lagi
Kesempatan ini dipakai buat berjudi
Sehari semalam main ceki mabuk brandi
Pulang sempoyongan kalah main pukul istri
Akibatnya sang ketupat melayang ke mate
Si penjudi mateng biru dirangsang si istri

Reff:
Maafkan lahir dan batin,
'lang taon hidup prihatin
Kondangan boleh kurangin,
Korupsi jangan kerjain

Dengan penulisan lirik dan penggambaran situasi pada zaman 1950-an yang masih dapat relevan dengan kondisi saat ini, membuktikan Ismail Marzuki merupakan maestro dan komponis cerdas. 

Selain itu, Ismail Marzuki yang resmi mendapat gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2004 ini merupakan sosok pahlawan dengan beragam karya musik yang masih digunakan hingga saat ini. Mulai lagu "Gugur Bunga di Taman Bhakti", "Indonesia Tanah Pusaka", "Halo-Halo Bandung" dan masih banyak lagi lagu lainnya. 


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Tulungagung Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Tubagus Achmad

Editor

Pipit Anggraeni