Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Berkat Kenduri di Tulungagung Sering Mubazir Tak Dimakan, Solusi Ini Dapat Dicoba

Penulis : Anang Basso - Editor : Yunan Helmy

15 - Oct - 2021, 18:28

Berkat Kenduri / Foto : Anang Basso / Tulungagung TIMES
Berkat Kenduri / Foto : Anang Basso / Tulungagung TIMES

JATIMTIMES - Selamatan (kenduri) atau sedekah berupa makanan menjadi budaya turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa. Di Tulungagung, selain menggunakan hitungan hari dan pasaran, selamatan bisa dilakukan kapan saja.

Namun, seiring waktu, jika selamatan dilakukan di saat tidak tepat, maka makanan yang diberikan kepada undangan akan mubazir. Pasalnya, meski dibawa pulang ke rumah masing-masing, berkat atau makanan dari kenduri sering tidak dimakan dengan berbagai alasan.

Baca Juga : Hengky Kurniawan Tengok Langsung RS Terbaik di Dunia, Ingin Adopsi Sistem RSUD dr. Iskak

"Yang paling sering jika dapat berkat pada malam hari, hanya ditaruh dan besok paginya juga sudah beda rasa dan minatnya," kata Dwi, perempuan warga Tulungagung,  dalam postingan yang mengaku sering dapat rezeki tapi tidak dapat dimanfaatkan berupa berkat.

Sebenarnya, bagi Dwi, sayang jika masakan yang diolah dengan susah payah bagi yang punya hajat justru menjadi sia-sia. "Ya sayang banget. Kadang saya berikan orang lain meski juga banyak alasan menolak dengan alasan sudah kenyang dan lainnya," ujarnya.

Kejadian ini rupanya banyak dialami masyarakat pada umumnya. Apalagi, jika musim selamatan seperti megeng, suroan dan juga hari-hari penting Jawa lainnya. 

"Sebenarnya, niat kenduri ini sangat baik dan sedekah itu dianjurkan oleh agama. Tetapi, jika masalahnya pada makanan yang diberikan menjadi mubazir, maka bisa dicarikan solusi," kata Slamet Wahono, salah satu sesepuh adat di Tulungagung, Jumat (15/10/2021). 

Solusi yang dimaksud bisa mengalihkan waktu selamatan dari malam ke pagi hari sebelum jam kerja.  "Ini sudah banyak dicontohkan orang dulu. Jika kenduri metri, brokohan dan lainnya dilakukan pagi. Makanannya hangat dan kebanyakan sesampainya di rumah langsung disantap bareng keluarga," ujarnya.

Namun solusi ini tidak serta merta menjadi usulan yang paten. Pasalnya, selamatan malam ada uger-uger (aturan tak tertulis) baik menu kenduri hingga kesepakatan jamaah yang hadir. 

"Kan kenduri itu ada beda nasi dan lauknya, tergantung hajatnya. Kenduri kematian, itu tidak sama dengan metri atau brokohan. Berkat (jenis masakannya) juga beda. Untuk mendatangkan undangan banyak orang, idealnya memang malam hari," jelasnya. 

Baca Juga : Punden Ndrio Kesumo Sumberejo Kulon, Ditunggu Macan Putih hingga Kualat Bagi yang Berani Mengusiknya

Jika memang banyak makanan mubazir, Slamet memberikan contoh yang dapat menjadi solusinya.  "Berkatnya dibuat tidak perlu banyak. Anggap saja itu simbol untuk menggugurkan kewajiban dan kebiasaan yang sudah berjalan. Bagi undangan, sebagian besar bisa diberikan bingkisan sembako atau sedekah uang. Ini hanya contoh solusi yang menurut saya tepat," paparnya. 

Sebagai sesepuh, Slanet hanya meminta agar apa pun rezeki yang datang harus diterima dan tidak perlu menggerutu (maido). Selain tidak baik, kebiasaan seperti itu justru akan merugikan dirinya sendiri apalagi jika diumbar di masyarakat atau media sosial. 

"Terima saja rezekinya. Mau diapakan, itu menjadi kewenangan masing-masing. Jangan lupa bersyukur," nasihatnya. 

Tradisi masyarakat yang sudah berjalan harus tetap dilestarkan, meskipun seiring waktu secara alami akan terjadi penyesuaian terhadap keadaan yang terjadi dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari. 

 


Topik

Serba Serbi


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Tulungagung Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anang Basso

Editor

Yunan Helmy