Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Mengenal Istilah Keresahan Anak Muda Masa Kini, Apa Aja Sih?

Penulis : Reinaldy Faturrahman - Editor : Dede Nana

29 - Apr - 2021, 20:14

Ilustrasi anak muda dengan segala permasalahannya di usia 20-an (Sumber: Pinterest)
Ilustrasi anak muda dengan segala permasalahannya di usia 20-an (Sumber: Pinterest)

INDONESIATIMES - Apakah kalian sering mendengar atau melihat di media sosial istilah semacam insecure, overthinking, quarter life crisis, mental health, dan masih banyak lagi? Istilah tersebut kerap muncul di jagat media sosial terutama twitter.

Bagi anak-anak muda yang getol menggunakan sosial media mungkin sering mendengar atau bahkan menggunakan istilah ini. Namun apakah penggunaan istilah-istilah ini sudah benar?

Baca Juga : Agil Munawar Resmi Jalin Kontrak Bersama Persik Kediri

Dimulai dari istilah 'insecure'. Insecurities merujuk kepada perasaan tidak aman yang membuat seseorang merasa gelisah bercampur malu dan takut. Perasaan ini bisa muncul dari luar atau pun dalam diri.

Penggunaan istilah insecure sering dipakai ketika seseorang merasa rendah diri ketika melihat pencapaian, fisik, dan kelebihan orang lain. 

"ih itu cewe cakep banget, gimana yang ngedeketin ga insecure." statement ini menandakan ketidakpercayaan diri dari seseorang setelah melihat lawan jenis yang cantiknya dianggap overload. Kalau disimplifikasikan, insecure itu cuma bahasa keren dari minder.

Dilanjut dengan overthinking. Mengartikan istilah overthinking cukup relatif mudah dan dapat dipecah dari asal katanya yaitu dari 'over' yang berarti berlebihan dan 'think' yang berarti berpikir. Jadi orang yang overthinking adalah orang yang terlalu banyak berpikir.

Namun jangan disamakan dengan para pemikir atau filsuf seperti Plato dan Aristoteles. Overthinking merupakan satu ritual yang dilakukan oleh anak-anak muda biasanya malam hari sebelum tidur. Sekelumit masalah yang dihadapi seharian serta perbandingan pencapaian atau achievement dengan orang lain yang biasanya teman sebaya berujung kepada kontemplasi malam hari yang berbuntut pada perasaan rendah diri. Ujung-ujungnya berakhir kepada susah tidur di malam hari dan akhirnya mengaku kalau dirinya mengidap 'insomnia' padahal hanya melamun memikirkan masalahnya.

Kedua istilah di atas bisa jadi merupakan fase yang dihadapi oleh anak-anak muda. Biasanya fresh graduate yang resah mencari kerja, kira-kira situasinya seperti lagu 'Sarjana Muda' dari Iwan Fals. Fase ini biasanya disebut dengan 'Quarter Life Crisis'.

Quarter Life Crisis atau krisis seperempat abad mengacu pada keadaan emosional yang umumnya dialami oleh orang berusia 20 hingga 30 tahun. Keadaan seperti kekhawatiran, keraguan terhadap kemampuan diri, dan rasa pesimis menentukan arah hidup menjadi faktor Quarter Life Crisis.

Baca Juga : Relasi Jarak Jauh KA Stasiun Malang Tak Ikut Mudik, Jarak Dekat Tunggu Instruksi

Kesadaran atas keresahan-keresahan yang dialami anak-anak muda zaman sekarang ini bisa bersifat positif karena bisa memunculkan pengetahuan mengenai kesehatan mental atau mental health.

Kesehatan mental akhir-akhir ini menjadi perhatian terutama anak-anak muda dan sudah menjadi bagian dari pop culture. Namun maraknya isu tentang mental health tetap memiliki sisi gelapnya. Banyak kita temui di media sosial orang yang mengaku mengidap penyakit mental seperti anxiety disorder, bipolar disorder, depresi, dan lain-lain.

Romantisasi tentang penyakit mental biasanya berakar pada kultur anak muda seperti musik yang didengarkan karena banyak sekali musisi yang menggaungkan pentingnya kesadaran akan kesehatan mental seperti Hindia dalam lagu 'Secukupnya', Kunto Aji dalam 'Pilu Membiru', dan nomor seperti 'Bertaut' oleh Nadin Amizah.

Perilaku self-proclaim seperti ini tidaklah dibenarkan karena seseorang tidak dapat mendiagnosa penyakit mentalnya sendiri. Di saat seseorang merasa mentalnya memiliki gangguan, disarankan untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog ataupun psikiater karena sejatinya penyakit mental merupakan hal yang serius dan tidak bisa didiagnosa secara sepihak.


Topik

Serba Serbi


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Tulungagung Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Reinaldy Faturrahman

Editor

Dede Nana