Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Pendidikan

Mengenal Sejarah Ujian Sekolah Jadul, Mana yang Masih Kamu Ingat?..

Penulis : Anang Basso - Editor : A Yahya

22 - Mar - 2021, 08:36

Kartu Ujian masa lalu milik Alfian Ashari dan sekolah jaman dulu / Foto : Istimewa / Tulungagung TIMES
Kartu Ujian masa lalu milik Alfian Ashari dan sekolah jaman dulu / Foto : Istimewa / Tulungagung TIMES

TULUNGAGUNGTIMES - Seiring perkembangan waktu, ujian di sekolah telah mengalami perubahan nama dan pola penilaian. Rencananya, Ujian Nasional (UN) yang dikenal di zaman sekarang ini akan berubah menjadi Asesmen Nasional (AN).

"zaman itu ujian merupakan saat yang ditunggu namun juga ditakuti," kata Alfian Ashari, yang pada tahun 1995-1996 mengikuti Ebtanas.

Baca Juga : Temukan Harga Termurah di Shopee Murah Lebay, Murahnya Lebay Banget!

Di era 90an, pelajar banyak mengenal istilah ujian dari tahap kecil (ulangan kelas) hingga ujian di tingkat atasnya.

Ashari menceritakan, di eranya ada berbagai istilah yang saat ini sudah tidak dikenal lagi. "Misalnya ujian empat bulan sekali, itu dulu dikenal dengan cawu. Satu tahun ada tiga cawu sebelum kenaikan kelas," ujarnya.

Selain Cawu, setiap ujung tahun diingat Ashari, ada Tes Hasil Belajar atau disebut THB. "Seingat saya THB ini sebagai syarat naik kelas, hasil THB berbentuk nilai yang ditulis dalam rapot," jelasnya.

Selain itu, Ashari masih ingat istilah Ebta (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) tingkat Kabupaten dan Ebtanas (Nasional) yang di ikuti murid seluruh Indonesia.

Hal lain yang saat ini tidak ada di ungkap oleh Syaiful (43) yang saat sekolah ada pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). "Dulu, di samping ada pelajaran IPS sejarah, ada pula pelajaran sejarah lainnya yang disebut dengan PSPB. Saya masih menyimpan bukunya bahkan," ungkapnya.

Selain itu ada pelajaran yang dikenang Syaiful yakni PMP atau pendidikan moral pancasila. "Sekarang diganti dengan PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan). PMP ini saya ingat mempelajari tentang bagaimana sikap moral seorang warga negara terhadap pengamalan Pancasila sebagai dasar negaranya," jelasnya.

Baca Juga : Tak Lupakan Sejarah, Rektor UIN Malang Ziarah ke Makam Pendiri Kampus

Setelah rangkaian ujian dilaksanakan, siswa saat itu juga mendapat Nilai Evaluasi Murni (NEM) yang merupakan nilai ujian murni tanpa tambahan nilai-nilai lain.

Model lama zaman dulu ini menurut Edi Masruron, kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Hidayatul Mubtadiin Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol ini punya maksud yang sama.

"Tujuan ujian itu ada tiga hal, pertama untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dalam kurun waktu studi tertentu," kata pria yang mendapat metode ajaran tahun 90an ini.

Selain itu, ujian juga dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas pro­ses pembelajaran. "Hasilnya, untuk menetapkan derajat hasil belajar dalam kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang, dan gagal," pungkasnya.


Topik

Pendidikan


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Tulungagung Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anang Basso

Editor

A Yahya