Ratusan jamaah terlihat begitu khusyuk saat mengikuti pengajian Kitab Samawi yang diselenggarakan di Ponpes (Pondok Pesantren) Uniq Nusantara, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Rabu (18/11/2020) tengah malam.
Dengan dibimbing langsung oleh Kanjeng Pangeran Aryo KH Muhammad Abdul Ghufron Al-Bantani Adinagoro, para jamaah -baik itu kalangan santri maupun santriwati- terlihat begitu antusias saat mempelajari kitab yang juga memiliki kandungan bahasa kalam suryani tersebut.
Baca Juga : Di Tulungagung Tangga Bambu Dinamakan Ondho, Punya Filosofi Tinggi
”Saya ingin Kitab Samawi ini dijadikan untuk persatuan dan kesatuan. Salah satunya saya ingin kembali ke fitrah tentang kerajaan solo. Kedua tentang kerakyatan, ketiga tentang keagamaan, keempat kita tentang umara, ulama, tokoh agama, dan suku-suku agar menyatukan umat lewat Kitab Samawi,” ungkap pengasuh Ponpes Uniq Nusantara yang akrab disapa Abah Ghufron ini.
Terdapat beberapa syarat untuk menciptakan persatuan dan kesatuan. Dijelaskan Abah Ghufron, beberapa syarat yang dimaksud tersebut meliputi sambung oyot, sambung rasa, dan menjaga negara.
”Kita mulai dari dasar, yaitu tentang kita kepada dasar masyarakat yang kalangan bawah, kita terjun ke lapangan, kita merekrut, kita ciptakan persatuan. Bagaimana pos kamling, bagaimana kita dalam berkesenian maupun berbudaya. Kita bersatu, saya yakin semua bisa bersatu, karena saya sudah menjadi musafir ke seluruh Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke, sampai Papua,” ungkapnya.
Selain menciptakan persatuan dan kesatuan, kajian kitab samawi ini juga bertujuan untuk menyelamatkan umat ciptaan Tuhan. Yakni kembali kepada ajaran tauhid dan kepada fitrahnya ajaran ketuhanan. ”Jadi, kalau kita ingat kepada tauhid, ingat kepada Allah SWT, pasti semua akan kembali kepada Tuhan. Sehingga umat bisa selamat di dunia maupun akhirat,” ucapnya.
Sekedar diketahui, dalam Kitab Samawi juga terkandung bahasa suryani. Menurut Abah Ghufron, bahasa suryani tersebut merupakan bahasa kalam. Yakni bahasa yang disampaikan Allah SWT kepada malaikat Jibril, kemudian disampaikan kepada Nabi Adam.
”Kalau kita tidak mau belajar bahasa suryani, kenapa Allah menciptakan para nabi dengan beberapa bahasa. Contohnya di Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke penuh dengan beragam bahasa. Contohnya bahasa Jawa, Sunda dan macam-macam bahasa yang ada di Indonesia, inikan untuk dipelajari,” umgkap Abah Ghufron.
Diceritakan olehnya, jauh sebelum mempelajari Kitab Samawi, Abah Ghufron sempat menjadi musafir selama puluhan tahun. Selama menjadi musafir itulah, pihaknya senantiasa berserah diri untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
”Guru-guru saya ada banyak. Jadi, saya musafir selama 40 tahun. Tidak gampang kita untuk menyelamatkan umat yang ada di negeri Indonesia ini,” katanya.
Baca Juga : Miliki Pusat Kajian Islam, Ini Fakta Menarik Masjid Tertua di Korea Selatan
Selama menjadi musafir, Abah Ghufron juga menyempatkan diri untuk tirakat di beberapa makam para leluhur agama islam. Di antaranya para syekh yang ada di Baghdad maupun imam-imam lainnya. Yakni mulai dari Imam Gozali, Imam Syafi’i, Imam Hambali, dan Imam Maliki, serta syekh Nawawi Al-Bantani.
”Saya melakukan itu semua karena diperintah oleh guru saya. Salah satunya oleh para guru saya yang ada di Jawa Timur,” ungkapnya.
Lantaran membahas soal ilmu kerohanian dan terkandung bahasa suryani itulah, yang membuat para santri maupun masyarakat yang ingin belajar Kitab Samawi ini, harus memiliki ketelatenan dan keseriusan untuk bisa memahami maksud dalam kitab tersebut.
”(Cara mengimplementasikan, red) ya kitakan sambil mengaji dan di kaji untuk umat. Makanya mudah-mudahan ini seluruh ponpes yang ada di Indonesia, maupun seluruh lapisan masyarakat bisa mendapatkan pelajaran soal Kitab Samawi ini,” tukasnya.