Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Seni dan Budaya

Buceng Mungkur, Tradisi Luhur di Tulungagung Tandai Pisahnya Raga, Sukma, dan Keluarga

Penulis : Anang Basso - Editor : Nurlayla Ratri

12 - Nov - 2020, 08:26

Bentuk Buceng Mungkur yang biasa digunakan untuk menandai kepergian (kematian) anggota keluarga. (Foto: Anang Basso/Tulungagung TIMES)
Bentuk Buceng Mungkur yang biasa digunakan untuk menandai kepergian (kematian) anggota keluarga. (Foto: Anang Basso/Tulungagung TIMES)

Selamatan masih menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Jawa, termasuk di Tulungagung. Namun, ada salah satu tradisi selamatan yang berbeda dari daerah-daerah lain yakni Buceng Mungkur. 

Saat menggelar selamatan, kehadiran buceng atau tumpeng nasi berukuran kecil kerap menjadi hidangan yang didoakan, lantas dibagikan. Namun, bentuk Buceng Mungkur ini berbeda dari bentuk buceng pada umumnya. 

Baca Juga : Sederet Film Barat Terbaru Bakal Tayang Bulan November di Netflix

Jika biasanya buceng diletakkan tegak sehingga ujungnya yang lancip menghadap ke atas, Buceng Mungkur justru sebaliknya. Dari bentuknya, Buceng Mungkur adalah buceng utuh kemudian dibelah menjadi dua bagian yang sama. 

Setelah itu, kedua bagian ditata rapi dengan saling membelakangi antara dua potongan itu. Di dekat buceng, sebiji hati pisang (ontong) juga dibelah sama dan ditaruh juga saling membelakangi.

Buceng Mungkur adalah buceng untuk menandai berlalunya kehidupan seseorang usai kematian. Buceng Mungkur yang disajikan dalam kenduri paska dikuburkannya jenazah merupakan tradisi yang masih terjaga di Tulungagung.

Menurut supranaturalis Heyu Wijaya asal Tulungagung, Buceng Mungkur selain digunakan untuk menandai pisahnya raga dan sukma, juga biasa digunakan menarik pusaka atau barang yang hilang.

"Buceng Mungkur atau ukur-ukur ini biasanya digunakan menarik atau mengembalikan barang yang hilang," jelas Heyu, Kamis (12/11/2020).

Lebih dari itu, buceng ini disebut Heyu juga biasa digunakan sebagai sarana atau media membantu mencari maling dan pelaku pembunuhan yang belum terkuak.

Baca Juga : Lestarikan Permainan Tradisional, Pokdarwis Semawot Gelar Lomba Balap Gapyak Panjang

"Bisa saja juga dijadikan sarana mencari maling. Jika ada kasus pembunuhan belum terungkap biasanya juga di adakan ritual Buceng Pungkur (Mungkur) ini," jelasnya.

Sementara dalam hal mengembalikan pasangan atau kekasih yang hilang, ritual Buceng Mungkur juga digunakan sebagai sarana ilmu puter giling.

Untuk selamatan Buceng Mungkur, lauk yang digunakan juga hampir sama dengan buceng biasa. Di antaranya adalah kacang kedelai goreng, abon, perkedel, telur serta timun dengan potongan melintang.

Jika paska kematian seseorang, Buceng Mungkur dilengkapi dengan cenggereng atau srondeng dan kulup (urap-urap) dan ingkung ayam jago jawa.


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Tulungagung Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anang Basso

Editor

Nurlayla Ratri