Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Ekonomi

Trend Melinting, Pedagang Tembakau Raup Untung Berlipat

Penulis : Joko Pramono - Editor : Dede Nana

27 - Aug - 2020, 16:04

Sunyoto saat menjemur tembakau miliknya (Joko Pramono for Jatim TIMES)
Sunyoto saat menjemur tembakau miliknya (Joko Pramono for Jatim TIMES)

Pandemi Covid-19 yang dimulai sejak Maret lalu, membuat masyarakat mengalami kelesuan ekonomi. Berbagai sektor usaha terdampak akibat pandemi ini. Namun tidak dengan pedagang tembakau. 

Di tengah kondisi ekonomi yang lesu, pedagang tembakau justru meraup untung berlebih. Seperti diungkapkan oleh Sunyoto, pedagang tembakau di Desa Moyoketen, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung.

Baca Juga : PEPC Berikan Sosialisasi ke Warga Sebelum Tes Sumur Produksi

Sunyoto mengungkapkan, sejak pandemi Covid-19 melanda, omzet perdagangan tembakau miliknya meningkat hingga 2 kali lipat dari hari-hari biasa.

“Peningkatannya antara 80 persen hingga 2 kali lipat,” ujarny di tempat usahanya.

Biasanya sebelum pandemi untuk tembakau ecer dirinya mampu menjual 4 kilogram tembakau dengan harga Rp 2 juta. Setelah pandemi penjualan mencapai 2 kali lipat.

Menurut Sunyoto, peningkatan ini diakibatkan masyarakat lebih memilih melinting (membuat) rokok sendiri, dibandingkan membeli rokok jadi. Harga rokok jadi yang terus melambung membuat penikmat rokok beralih ke tembakau racikan.

Harga rokok jadi yang kian mahal didorong pula dengan melemahnya ekonomi masyarakat akibat pandemi Covid-19.

“Ekonomi masyarakat jelas turun dan harganya rokok tinggi, orang-orang pindah ke tembakau lokal,” terangnya.

Untuk tembakau yang paling diminati adalah tembakau jenis artomoro, tembakau lokal, Garut dan radukan dari petani.

Saat ini harga tembakau lokal mencapai Rp 60 ribu perkilogram untuk pengolahan menggunakan gula. Sedang untuk yang tidak memakai gula berkisar Rp 75 ribu perkilogram. Sedang dari luar kota seperti dari Garut mencapai Rp 80 ribu kilo perkilogram.

“Karena penyusutannya banyak. Kita jualnya Rp 125-150 ribu per kilogram,” terangnya.

Sebelum dijual, tembakau disimpan hingga setahun mendatang. Saat disimpan, bobot tembakau mengalami penyusutan. Selain itu saat disimpan, tembakau juga memerlukan penanganan khusus, seperti penjemuran dan penyemprotan 3 kali setahun agar tidak dimakan serangga.

Baca Juga : Atasi Anjloknya Harga Ayam Milik Peternak Mandiri, Ini Solusi Pemkab Pamekasan

Untuk panen tembakau wilayah Tulungagung baru akan dimulai pada bulan September mendatang. Wilayah yang sudah panen tembakau wilayah Jombang.  

Tembakau dari wilayah Jombang dihargai sekitar Rp 500 ribu per ton dalam bentuk daun.

Sunyoto tak hanya melayani kebutuhan lokal Tulungagung. Dirinya juga memasok kebutuhan tembakau ke luar kota. Selain menjual ke luar kota, dirinya juga membeli tembakau dari luar kota seperti dari Paiton, Besuki, Bondowoso dan Garut.

Selain tembakau lokal, pelinting di Tulungagung juga menggunakan tembakau produksi pabrikan seperti tembakau Violin, Simadu, Toeh, Mars Brand dan masih banyak lagi. Hal itu seperti diungkapkan oleh penikmat rokok linting, Tunjung.

“Saya biasanya pakai tembakau pabrikan. Atau kalau enggak ada ya tembakau eceran,” ujar Tunjung.

Tunjung sendiri beralih ke tembakau linting lantaran harganya lebih murah. Dulu rata-rata dirinya menghabiskan 2 pak rokok dengan harga Rp 20 ribu per pak. Dengan tembakau linting, dengan Rp 20 ribu bisa untuk 3 hari.

 


Topik

Ekonomi


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Tulungagung Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Joko Pramono

Editor

Dede Nana