Sejak pertengahan Maret 2020 lalu, Indonesia telah menerapkan physical distancing.
Kebijakan untuk mengurangi persebaran Covid-19 ini tentu berdampak besar bagi masyarakat, terutama di bidang ekonomi.
Baca Juga : KITAB INGATAN 52
Akan tetapi, physical distancing selama pandemi ini memberikan dampak baik bagi bumi.
Pakar Kebumian dan Kebencanaan Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof Drs Adi Susilo MSi PhD menyampaikan, physical distancing selama pandemi Covid-19 ternyata membantu bumi untuk beristirahat dan menuju kesetimbangan baru.
Bagaimana bisa demikian?
"Karena jarang sekali kendaraan yang lewat. Maka gelombang seismik yang melewati bumi itu sangat berkurang sekali sehingga bumi sempat istirahat," ucap Guru Besar Geofisika Kebencanaan tersebut belum lama ini.
Gelombang seismik adalah gelombang yang merambat pada bagian dalam bumi, dan juga permukaan bumi.
Prof Adi menjadi salah satu pembicara dalam Webinar 2020 PSKK UB (Pusat Studi Kebumian dan Kebencanaan Universitas Brawijaya) Sekolah Relawan Series, bekerja sama dengan media online berjejaring MalangTIMES.com belum lama ini.
Selain Prof Adi, webinar yang digelar melalui aplikasi Zoom ini juga menghadirkan 2 narasumber lain, yaitu Wakil Koordinasi Tim Imunitas Covid-19 SRPB (Sekretariat Relawan Peduli Bencana) Jatim Ns M Fathoni SKep MNS (Dosen Jurusan Keperawatan FK UB) dan Dosen Psikologi Sosial FISIP UB Dr Intan Rahmawati MSi.
Nah, akibat berkurangnya gelombang seismik ini, infrastruktur-infrastruktur yang ada juga lebih awet atau lebih lama umurnya daripada ketika setiap hari dilewati oleh gelombang seismik atau kendaraan.
Baca Juga : KITAB INGATAN 37
Selain itu, berkurangnya kendaraan yang lalu lalang juga mengurangi longsor.
Sebab, kata Adi, salah satu hal yang membuat longsornya suatu daerah itu juga akibat kendaraan yang-kendaraan yang menimbulkan getaran seismik yang merambat.
"Maka kejadian apapun di bumi itu adalah sebenarnya dalam rangka bumi itu mencapai kesetimbangan baru dan juga restorasi bumi. Ini catatan saya," tegasnya.
Kata Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) tersebut, manusia sudah terlalu banyak serakahnya sehingga bumi perlu momen istirahat untuk mencapai kesetimbangan baru.