Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Pemerintahan

Alpukat Pameling Lawang: Pernah Terlupakan, Kini Tembus Pasar Swiss

Penulis : Dede Nana - Editor : Nurlayla Ratri

16 - Feb - 2020, 12:20

Bupati Malang Sanusi bersama Kepala DTPHP Kabupaten Malang Budiar Anwar saat mengunjungi Wonorejo, Lawang, sebagai sentra alpukat Pameling yang kini diminati Eropa. (Foto: Dokumen MalangTIMES)
Bupati Malang Sanusi bersama Kepala DTPHP Kabupaten Malang Budiar Anwar saat mengunjungi Wonorejo, Lawang, sebagai sentra alpukat Pameling yang kini diminati Eropa. (Foto: Dokumen MalangTIMES)

Tanah Kabupaten Malang tak hanya subur untuk tanaman kopi, apel, jeruk, maupun durian saja. Tapi berbagai jenis tanaman tumbuh dengan baik dan menjadikan Kabupaten Malang sebagai sentra perkebunan ternama di Indonesia.

Satu yang kini kembali diseriusi adalah tanaman alpukat di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, yang dikenal sebagai sentra buah yang memiliki kandungan kaya nutrisi dan serat, vitamin dan mineral ini.

Pameling, begitulah buah alpukat Lawang ini diberi nama oleh eks Bupati Malang Rendra Kresna, 2015 lalu. Saat nama alpukat Arjuno yang dipakai oleh petani Lawang, saat itu, ternyata tak bergaung dan dilupakan masyarakat. 

Lewat nama Pameling (ter-eling-eling; selalu ingat), para petani alpukat Lawang ini hanya butuh 2 tahun untuk menempatkannya sebagai salah satu primadona buah-buahan di tingkat nasional. Dimana, dalam acara Pekan Nasional Petani Nelayan yang diadakan di Aceh, 2017 lalu, alpukat Pameling Lawang mendapat peringkat juara II  sebagai buah unggulan nasional.

Dari yang di (ter) lupakan, alpukat Pameling pun mulai berkibar dan kembali mendapat respon pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang. Di bawah pimpinan Bupati Malang Sanusi, alpukat ini pun mulai kembali mendapat pendampingan serius melalui Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) di bawah komando Budiar Anwar.

Beberapa kali Sanusi pun mengunjungi Wonorejo, Lawang, dalam menguatkan sekaligus memberikan dorongan penuh atas keberadaan alpukat Pameling yang merupakan salah satu varietas unggulan itu. Pun, para punggawa DTPHP Kabupaten Malang pun mulai intensif memberikan berbagai pendampingan.

Hasilnya, alpukat Pameling pun kini telah terbang ke berbagai daerah di Indonesia hingga menuju Eropa. Alpukat Pameling pun bersaing memperebutkan pasar buah di berbagai negara, salah satunya adalah Swiss yang telah merasakan lezat dan sehatnya buah dengan manfaat tinggi bagi kesehatan manusia ini.

"Alpukat Pameling telah diakui Eropa, khususnya negara Swiss. Ini tentunya kami apresiasi tinggi dan menunjukkan bahwa Kabupaten Malang kaya dengan berbagai tumbuhan yang diminati mancanegara," ucap Sanusi saat kembali berkunjung ke kebun alpukat Wonorejo seluas 100 hektar (ha) yang dikelola oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan) Nakulo.

Diminatinya alpukat Pameling yang secara bentuk dan rasa berbeda dengan jenis lainnya itu oleh pasar Swiss. Membuat Pemkab Malang memacu komoditas ini menjadi lebih baik lagi dalam paska panennya.

Sanusi meminta agar DTPHP Kabupaten Malang untuk intensif memberikan dampingan dalam menerapkan SL Good Handling Practices (GHP) buah. Yakni, pedoman umum dalam melaksanakan pasca panen hortikultura secara baik dan benar sehingga kehilangan dan kerusakan hasil dapat ditekan seminimal mungkin untuk menghasilkan produk yang bermutu atau memenuhi standar mutu yang berlaku seperti standar nasional Indonesia (SNI).

"Secara bentuk dan rasa telah memenuhi dibandingkan jenis alpukat lainnya. Ukuran lebih besar, rasa lebih enak dan punel. Tapi secara produksi memang masih belum mencukupi permintaan pasar luar negeri seperti Swiss," ujarnya.

Permintaan alpukat Pameling Lawang bisa mencapai 100 ton per bulannya, khusus untuk pasar Swiss saja. Sedangkan, untuk satu pohon menghasilkan kurang lebih 250 kilogram (kg) dengan berat per buah bisa mencapai 2 kg. Untuk panen, alpukat Pameling bisa berbuah dua kali dalam setahun, yaitu musim rojo di bulan Juni dan saat musim apit di bulan Desember. 

Dari hasil produksi itu, ternyata permintaan pasar dalam dan luar negeri, masih belum bisa dipenuhi. "Pemasarannya bagus, tak sulit. Hanya jumlah produksi masih kurang banyak sehingga belum bisa terpenuhi semuanya. Ini tentu butuh pemikiran ke depannya, baik untuk memenuhi ekspor hingga pengembangan di dalam daerah sendiri," urai Sanusi yang berharap banyak kebun alpukat Pameling Wonorejo, Lawang, bisa juga dikembangkan menjadi wisata edukasi dan petik alpukat.

Terpisah, Budiar Anwar Kepala DTPHP Kabupaten Malang, menyampaikan, dengan semakin populernya jenis buah lain seperti alpukat Pameling akan membuat sektor perkebunan semakin bergairah. Eksesnya adalah adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Malang sebagai bagian dari program strategis yang habis di awal tahun 2021.

"Dengan diminatinya alpukat Pameling Lawang oleh pasar Eropa, akan semakin membuka peluang di sektor perkebunan. Ini juga semakin memantapkan Kabupaten Malang tak hanya punya apel atau jeruk saja, tapi juga ada alpukat unggulan," ucapnya.
 

 


Topik

Pemerintahan malang berita-malang berita-malang-hari-ini Alpukat-Pameling-Lawang eks-Bupati-Malang-Rendra-Kresna pemkab-malang bupati-malang sanusi DTPHP-Kabupaten-Malang Budiar-Anwar


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Tulungagung Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Dede Nana

Editor

Nurlayla Ratri