Diabetes dan obesitas mungkin merupakan penyakit orang modern yang saat ini makin banyak jumlah penderitanya.
Jumlah penderita diabetes di Indonesia sendiri termasuk mengkhawatirkan.
Data dari International Diabetes Federation pada 2017 menyebutkan Indonesia menduduki peringkat ke-6 negara dengan jumlah orang dengan diabetes terbanyak.
Diabetes sendiri menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut para pemimpin dunia.
Sebab selain penyakit kardiovaskuler, diabetes juga merupakan salah satu penyebab utama penyakit ginjal dan kebutaan pada usia di bawah 65 tahun.
Selain itu, diabetes juga menjadi penyebab terjadinya amputasi (yang bukan disebabkan oleh trauma), disabilitas, hingga kematian.
Dampak lain dari diabetes adalah mengurangi usia harapan hidup sebesar 5-10 tahun.
Untuk itu, sebaiknya kita mewaspadai asupan gula karena si manis ini adalah penyebab utama diabetes.
Namun, baru-baru ini ada kabar gembira dari sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Mereka menemukan gula anti-diabetes.
Sekelompok mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UM berhasil melakukan studi pendahuluan memaksimalkan potensi dari berbagai gula lokal yang belum termanfaatkan sebagai gula anti-diabetes.
Sekelompok mahasiswa tersebut antara lain, Chandra Wijayanti (Kimia ’16), Nadia Rizky Putri Hapsari (Kimia ’16), dan Rosalina Anindita Ayuningtyas (Kimia ’18).
Dibimbing oleh dosen Kimia UM, Prof Dr Subandi MSi, tiga mahasiswa ini melakukan studi pendahuluan penelitian eksplorasi sediaan gula lokal anti-diabetes.
Gula lokal yang digunakan untuk penelitian ekplorasi sediaan gula anti diabetes ini di antaranya adalah nira tebu, nira aren, nira kelapa, serta air tape. Sediaan gula tersebut dinamakan “Sediaan Gula Lokal Anti-Diabetes”.
“Dari berbagai sediaan gula lokal yang akan kami teliti, kami menduga salah satu di antaranya memiliki kadar kromium (Cr) cukup yang mampu meningkatkan kadar Cr dalam darah," terang Chandra Wijayanti.
"Sehingga hasil dari penelitian ini nantinya untuk menentukan jenis sediaan gula lokal yang selain berfungsi sebagai pemanis, juga memiliki nilai kesukaan konsumen karena rasa dan aromanya, juga berkhasiat sebagai anti diabetes karena memiliki kadar Cr organik cukup,” lanjutnya.
Di dalam tubuh, Cr organik diperlukan untuk mengaktifkan reseptor insulin (TGF).
Jadi jika tubuh kekurangan asupan Cr, maka reseptor insulin menjadi tidak aktif.
Hal ini menyebabkan tubuh resisten terhadap insulin yang merupakan penyebab diabetes melitus tipe 2.
Tim penelitian ini telah melakukan studi pendahuluan yang membuktikan bahwa sediaan gula ini mampu meningkatkan kadar Cr dalam darah terutama bagi pasien diabetes melitus.
Hal ini tidak hanya akan meningkatkan nilai tambah sediaan gula lokal tersebut, tetapi diharapkan juga dapat mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat untuk menggunakan sediaan gula lokal yang sehat, utamanya bagi penderita diabetes melitus.
"Pada gilirannya juga diharapkan dapat menambah penghasilan petani gula tebu dan produsen gula merah dan gula kelapa," pungkasnya.