Di Tulungagung, kembar mayang identik dengan ritual adat atau tradisi pernikahan. Ketika masyarakat melihat kembar mayang, mereka sudah paham bahwa suatu pernikahan sedang berlangsung. Biasanya kembar mayang dirangkai menjulang ke atas menyerupai umbul-umbul.
"Tidak hanya sebagai umbul-umbul, kembar mayang adalah bagian penting dalam upacara pernikahan," kata Romeli (58) seorang dukun manten asli dari dusun Doropayung Desa Doroampel Kecamatan Sumbergempol Tulungagung
Kembar Mayang digunakan sejak prosesi midodareni sampai prosesi panggih atau temu manten. Hiasan dekorasi ini menjadi simbolisasi penyatuan dua individu dalam wadah rumah tangga yang akan di jalani kedua mempelai
Melihat bentuk kembar mayang, ternyata memiliki makna filosofi kuat dan dipercaya masyarakat, kembar itu berarti podho dan mayang itu adalah ati (hati). "Diberi kembar mayang ini agar menyatukan dua hati yang berbeda menjadi sama, memiliki tujuan yang sama seperti halnya mimi lan mintuno," jelasnya
Jika melihat sejarahnya, kedua kembar mayang memiliki nama, masing-masing dinamakan Dewandaru dan Kalpandaru dan dipercaya sebagai pinjaman dari para dewa, sehingga setelah upacara selesai harus dikembalikan dengan membuang di perempatan jalan atau dilabuh di sungai atau laut. "Di Tulungagung sekarang biasanya di taruh di tempat pembuangan yang ada airnya (peceren)," terangnya
Untuk melihat status mempelai, kembar mayang bisa dilihat bagaimana di bawa atau di pegang oleh dua cantrik yang dikenal dengan Putri Sunthi dan Joko Kumolo. Pada saat mempelai dipertemukan, Sunthi dan Joko Kumolo bertugas membawa kembar mayang mengiringi di sampingnya. "Jika mempelai wanita masih perawan, cara membawanya diangkat sejajar pundak. Namun jika mempelai wanita sudah hamil cara membawanya sejajar perut," jelasnya
Kembar mayang sendiri biasanya terdiri dari payung tunggul nogo atau simbol mengayomi kedua mempelai, uler-uleran mengambarkan tanggung-jawab kepala rumah tangga dalam menghidupi keluarganya, manuk-manukan yang berarti simbol kesetiaan, keris simbol dari nerimo pandum, gunung-gunungan dianyam seperti candi bahwasannya pernikahan seperti gunung yang kokoh dan kuat. Makna dari yang ada di rangkaian kembar mayang merupakan bagian terpenting dan masyarakat Tulungagung masih banyak yang menggunakan tradisi ini dalam pernikahan.