Film yang cukup lama menghilang dari masyarakat Indonesia mengenai Gestapu (Gerakan 30 September) PKI kembali ramai selama beberapa pekan terakhir ini. Ramai jadi perdebatan dan juga ramai ditayangkan beberapa kalangan.
Di Kabupaten Malang pun, penayangan film besutan (alm) Arifin C. Noer juga ramai dilakukan dan mengundang berbagai pernyataan. Misalnya pernyataan orang nomor satu di Bumi Arema, yakni Bupati Dr H Rendra Kresna, saat nonton bareng (nobar) film yang resminya berjudul Pengkhianatan G 30 S/PKI itu di gedung DPRD Kabupaten Malang, Sabtu (30/09) kemarin.
Di mata bupati Malang, film Gestapu PKI yang kini kembali ditayangkan di berbagai tempat bukan untuk menguak periodesasi kelam sejarah bangsa dan kembali memupuk kebencian antarmasyarakat. Tapi lebih pada untuk mengenalkan bahwa dalam perjalanan sejarah Indonesia sampai saat ini, pernah terjadi peristiwa besar tersebut.
"Mengenal sejarah sendiri, terutama untuk generasi muda yang mungkin belum mengetahui. Tujuan ini dalam upaya memperkuat kehidupan berbangsa saat ini dan di kemudian hari," kata Rendra, Minggu (01/10).
Lepas dari kontroversi yang ada dalam film G 30 S/PKI tersebut, nilai-nilai sejarah yang patut untuk kembali diangkat, dipupuk subur oleh kalangan milenial saat ini adalah mengenai penguatan nasionalisme, persatuan dan kesatuan dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam serbuan ideologi-ideologi yang bisa merusaknya. Ideologi komunis adalah salah satunya. Ideologi yang pernah berjaya dan terdengar seksi bagi para remaja yang sedang mencari jati diri. Ideologi yang kalah berkeping-keping ditelan sejarah.
Tapi, kata Rendra, berbagai ideologi laten akan terus ada dan mengintip generasi milenial saat ini. "Sesuatu yang laten, yang bersembunyi akan selalu ada dan muncul disaat yang tepat. Ini yang patut diwaspadai oleh kita semua," ujarnya.
Upaya memberikan proteksi tersebut, salah satunya adalah dengan adanya penayangan film tersebut. Film yang menggambarkan bagaimana suatu ideologi mampu menggerakkan ribuan orang saling berhadap-hadapan sesamanya. Saling membunuh dan membenci, bahkan sampai pada beberapa generasi sekarang ini.
Sikap tersebut, kata Rendra, yang membuat persatuan dan kesatuan retak dan hancur. Proses pembangunan terhenti dan efeknya kesejahteraan masyarakat banyak turun sangat tajam. Menghasilkan kemiskinan dan tumbuhnya berbagai macam kriminalitas di dalam masyarakat.
"Hal-hal inilah yang siapa pun tidak ingin terulang lagi. Dari sejarah yang ada kita diajak untuk merenungkan berbagai peristiwa yang ada," ucap Rendra yang sangat berharap bahwa dengan adanya upaya pengenalan sejarah kelam bangsa dalam peristiwa Gestapu PKI melalui penayangan kembali film tersebut, akan terbangun wawasan yang lebih kuat dalam merawat NKRI.
"Merawat sejarah dengan kiprah positif dalam berbagai bidang pembangunan. Yang ujungnya adalah memakmurkan dan menyejahterakan masyarakat," pungkas Rendra. (*)