Sebagai anak desa yang sederhana, tentu saja tidak pernah terbersit sedikit pun dalam benak Aji Bram kecil untuk menjadi seorang desainer, terlebih desainer internasional. Bukan kata “desainer”, yang dikenal Aji adalah “Penjahit”, bahkan ini sempat menjadi cita-citanya.
Entah ide dari mana, Aji, panggilan akrabnya, ingin menjadi penjahit. Namun yang pasti, Aji kecil pernah berangan-angan ingin membuatkan pakaian untuk ibu dan membantu meringankan beban hidupnya.
Pada waktu itu, kisah Aji, ibu dan adik-adiknya, termasuk Aji sendiri tidak mampu mengenakan pakaian selayaknya.
“Saya anak seorang janda penjual tahu. Saya sekolah di SD 1 Tanjungsari Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung. Saya sekarang duduk di kelas 4 SD. Saya selalu rangking 1. Saya tidak punya tas dan sepatu. Baju saya cuma satu dan sudah jamuran” kisah Aji pada Tulungagung TIMES saat ditemui di rumahnya ketika pulang kampung beberapa waktu lalu di Desa Tanjungsari.
Goresan kata yang ditulis di atas selembar kertas inilah yang dikirimkan ke Presiden Suharto. Aji berharap, presiden mau membantu keluarganya, terutama mendapat bantuan biaya sekolah.
Nasib baik berpihak pada Aji. Tuhan mengabulkan do’anya. Suratnya diterima Presiden melalui Depdikbud dan Aji memperoleh beasiswa belajar.
“Surat saya kirim tanpa bantua siapa pun, dan mendapat tanggapan baik dari Depdikbud. Dan dari Depdikbud mendapat bantuan sebesar Rp 6000 perbulan melalui program supersemar“ terang pria kelahiran 46 tahun yang lalu.
Waktu berjalan. Lika-liku perjalanan kehidupan Aji pun berjalan bukan tanpa rintangan. Namun karena semangat dan ketekunan, semua dapat dialui hingga menghantarkan Aji kuliah ke luar negri.
Di negeri orang, selain tekun dengan studinya, Aji memperdalam kemampuan design. Event-event dan kesempatan yang berhubungan dengan design Aji ikuti. Dunia fashion dan design inilah yang membesarkan nama Aji Bram.
Catatan prestasi design Aji Bram banyak sekali. Namun yang paling penting diteladani, Aji Bram merupakan pelopor desainer Indonesia yang memperkenalkan dan produk terbaik Indonesia, khususnya batik di Eropa, terutama Swiss.
Pada tahun 2013 lalu, Aji Bram mengawali menggelar acara besar di Swiss. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan produk terbaik Indonesia di Eropa. Gelaran fashion Indonesia di Eropa ini bernama Indonesian Fashion and Batik Festival (IFBF).
IFBF direncanakan menjadi agenda rutin tahunan di Swiss. Aji Bram juga pernah dipercaya sebagai penata dan pengarah gaya model international yang memperagakan design batik Indonesia di acara Wordld Economic Forum 2014 di Davos, Swiss.
Selain itu Aji Bram juga pernah menjadi salah satu juri pada event Miss Fashion Switzerland 2014 di Swiss.
Diminta saran dan motivasi untuk generasi muda, khususnya generasi muda Tulungagung, Aji Bram berpesan sebgaia generasi muda harus tangguh. “Jangan menyerah hanya karena keterbatasan apapun. Tetap semangat menempuh cita-cita,” pungkasnya.