Bisnis kos-kosan mulai menjamur di Desa Plosokandang, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung.
Hal ini dipicu semakin banyaknya pelajar yang berduyun-duyun datang dan kuliah di kampus IAIN Tulungagung.
Membludaknya para pelajar luar Kota Tulungagung yang kuliah di kampus negeri ini membawa dampak yang luar biasa pada pertumbuhan ekonomi masyarakat Plosokandang.
Sebelumnya, masyarakt Plosokandang menggantungkan perekonomiannya yang mayoritas sebagai petani.
Namun sekarang banyak yang membangun rumah kos-kosan, atau sekadar menyewakan beberapa bilik ruang untuk disewakan kepada para mahasiswa.
“Untuk tahun ini pertumbuhan kos-kosan luar biasa. Prospeknya sangat baik. Bagaimana tidak, hanya membuat bangunan dan disewakan, dan tidak habis bertahun-tahun” kata Aly (29) pemilik salah satu kos-kosan Desa Plosokandang pada TulungagungTIMES.
Aly menambahkan, membaiknya pertumbuhan ekonomi di Desa Plosokandang ini juga diikuti dengan melonjaknya harga tanah.
Sebelumnya, harga tanah per 14 x 1 meter pesegi (Jawa: 1 ru) berkisar tiga sampai lima juta. Namun hari ini harga per 14 x1 meter persegi mencapai 25 sampai 30 juta.
“Rata-rata yang membuat kos-kosan awalnya orang sini (masyarakat Plosokandang, Red), tapi karena untuk membangun kos-kosan butuh biaya besar, akhirnya banyak orang sini yang tidak mampu dan menjual tanahnya” imbuh Aly.
Bagaimana tidak prospek, semenjak kampus beralih status dari STAIN menjadi IAIN beberapa tahun belakangan, daya serap mahasiswa kampus ini semakin meningkat.
Informasi yang beredar di kampus terbesar di Tulungagung saat ini calon mahasiswa baru mencapai lima ribu siswa.
“Sekarang, untuk pemilik kos-kosan di Plosokandang fifty-fiyfty antara penduduk asli Plosokandang dan pendatang. Para pendatang inipun tidak tinggal di Plosokandang, tapi hanya punya aset bangunan kos-kosan dan mempekerjakan warga setempat untuk menjaganya” pungkas Aly.