Di Kota Marmer atau Kabupaten Tulungagung ternyata ada bocah yang mempunyai bakat multiseni yang meraih banyak prestasi. Bakatnya adalah menjadi pelantun lagu, tembang Jawa atau sinden hingga menari. Bocah kelas 5 SD ini adalah Frisa Farellia Putri 20 Juni 2006.
Anak dari pasangan Priyanto (37) dan Elisa Agustin (33) Alamat Ngruweng RT 3 RW 4 Moyoketen kecamatan Boyolangu Tulungagung ini kini memilih satu bakat yang cukup jarang diminati yaitu Sindhen. Kesenian yang jarang sekali diminati bocah lain seusianya. Dia adalah cikal bakal pesinden masa depan yang lahir dari bapak sederhana penjual tahu Kress dan ibunya yang menekuni konveksi kecil-kecilan.
"Cita-cita saya ingin jadi pengajar atau guru," kata gadis manis yang sering tampil di acara seni yang di adakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung itu.
Diusianya yang masih 11 tahun, Frisa sudah kebanjiran job manggung dari jalanan, Campursari hingga uyon-uyon yang kesenian tersebut sangat khas dan disukai para penikmat seni di Kota Cethe.
" Dulu saya jika ada panggung hiburan selalu ingin tampil, menari dan menyanyi baik lagu pop, dangdut atau lagu jawa. Namun sekarang saya lebih memilih lagu jawa dan sekolah sering mengirimkan saya untuk ikut lomba," kata Frisa ramah.
Penampilan Frisa selalu candra dari MC karena dimana ada panggung, disana Frisa ingin tampil. Hal tersebut juga karena sebagai penjual Jajanan Tahu, ayah Risa Priyanto selalu berpindah untuk mengais rejeki.
"Frisa sempat minder karena anaknya tukang jualan tahu, sempat tidak mau naik panggung hiburan jika ada event salah satu promosi produk tertentu," kata Elisa, Ibunda Risa.
Kakak dari Aqila Tivania Nur Assyifa (2,5) itu sejak PAUD telah kelihatan bakat seninya, diantara gelar yang pernah di raih Juara 2 Lomba Tari Jawa Timur, Juara III Paduan Suara, Juara I menyanyi Tunggal, 3 Vokal Putri Sindhen Terbaik Tingkat SD tingkat Jawa Timur serta puluhan koleksi piagam dan piala karena keikutsertaanya di beberapa event lomba.
Sebagai seniwati cilik Frisa tidak lepas dari kawalan Priyanto ayahnya, yang selalu mengikuti kemanapun ketika ada undangan tampil manggung. Ayah yang berperan menjadi menejer, selalu mengingatkan dan mengajak pulang saat acara tertentu dan esoknya harus sekolah.
"Saya selalu mengingatkan baik pada anak atau panitia jika Besuk harus sekolah maka jam 22.00 harus turun panggung dan pulang. Jika hari libur, maka saya beri kesempatan hingga jam 00.00 atau bahkan lebih hingga usai acara, itu khusus kita libur saja," kata Pri yang sangat mempedulikan sekolah anaknya.
Menurut bu Pri, bakat Frisa menyukai gending-gending jawa mulai tampak waktu tutor atau pelatihnya membawa ke sanggar menghadapi lomba mewakili sekolah.
"Les khusus tidak ada, saat akhirnya bahwa dia bakat sinden justru banyak kelompok seni mengajak anak saya ikut latihan, padat sekali jadwalnya," kata Pri.
Priyanto merasa heran sekaligus bangga, kemampuan anaknya bisa meraih simpati penonton dan pegat seni di Tulungagung. Selain mampu menirukan penampilan sinden senior dengan tingkat kesulilan yang tinggi, Frisa yang dulu suaranya mirip anak kecil yang melengking kini sudah bisa menirukan suara orang dewasa.
Sebagai orang tua Pri selalu mendampingi Rusa untuk menghadiri undangan tampil nyindhen di acara perkawinan, Sunatan dan lainnya sesuai job yang diterima dari group Campursari dan Uyon-uyon.
"Istri saya menjaga adik Frisa yang masih kecil, tapi sesekali juga ikut guna melihat anaknya membawakan tembang," papar Pri.
Seperti halnya seniwati Jawa lain, adakalanya Frisa sepi tawaran manggung. Tapi pada saat tertentu, justru kebanjiran job untuk tampil dan latihan. Frisa yang kini makin dikenal tidak suka belajar dari media CD atau elektronik, namun lebih memilih ikut latihan langsung sembari menyelaraskan nada dan suaranya agar seirama.(*)