Korban tindak asusila WHD, seorang pengasuh pondok pesantren di Desa Waringin Putih, Kecamatan Muncar, Banyuwangi mengaku mengalami tindakan asusila di area pondok.
Tujuh korban yang rata-rata masih kelas 1 SMA mengaku dipaksa dan mendapat ancaman jika tidak mau menuruti kemauan WHD.
“Kami pernah digituin di dalam pondok, malah pernah saya, SV dan HN, digituin bareng di pondok,” ucap ST, salah satu korban warga Kecamatan Cluring, Sabtu (12/3/2016).
Setiap melayani nafsu WHD, para korban mengaku tak selalu mendapat bayaran. Mereka yang masih di bawah umur bersedia menuruti kemauan WHD karena takut. WHD mengaku sebagai orang sakti dan pintar di Banyuwangi.
“Misal saya di SMS gak balas, dia langsung bilang kalau saya gitu lagi bisa kenapa-napa,” akunya.
Sejak terkuak 2 Februari 2016 lalu, jumlah korban tindak asusila WHD terus bertambah.
Awalnya, Migran Care selaku lembaga pendamping hanya menerima laporan dari tiga korban saya. Yaitu SV dan HN, warga Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, serta ST, warga Desa Sraten Kecamatan Cluring. Namun, dari keterangan para korban kini total ada tujuh korban dan mayoritas masih pelajar.
“Tujuh korban itu berasal dari empat desa, Desa Sraten, Benculuk, Plampangrejo dan Sumbersari, tapi bisa jadi masih akan bertambah terus,” kata Jumadi, staff Migran Care Banyuwangi.
Saat ini, kasus ini sudah ditangani Polres Banyuwangi, dan sudah dilimpahkan ke Kejaksaan. (*)