Bakesbangpol Kota Blitar Bentuk Kampung Pancasila di Klampok dan Bendo, Perkuat Ketahanan Ideologi di Tingkat Warga
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Dede Nana
30 - Oct - 2025, 01:02
JATIMTIMES - Dari aula lantai dua Bakesbangpol Kota Blitar di Jalan Anjasmoro, suasana pagi selama dua hari berturut-turut, 29 hingga 30 Oktober 2025, terasa berbeda. Puluhan tokoh masyarakat dari dua kelurahan, Klampok dan Bendo, berkumpul untuk mengikuti Sarasehan Nilai-Nilai Pancasila dan Sosialisasi Pembentukan Kampung Pancasila.
Di tengah suhu politik nasional yang dinamis, kegiatan ini menjadi pengingat penting bahwa kekuatan ideologi justru tumbuh dari lingkungan terdekat, yaitu kampung.
Baca Juga : Bikin Usaha Legal Tanpa Ribet? Disini Solusi Pembuatan Badan Usaha Anda!
Kepala Bakesbangpol Kota Blitar, Toto Robandiyo, membuka kegiatan dengan nada tegas namun bersahaja. Ia menyebut pembentukan Kampung Pancasila bukan sekadar program seremonial, melainkan strategi jangka panjang membumikan nilai-nilai dasar bangsa hingga ke lapisan paling bawah.
“Kota Blitar ini adalah dapurnya Pancasila. Di sini Bung Karno dimakamkan, dan di sini pula nilai-nilai kebangsaan terus disemai,” ujarnya saat memberikan sambutan pada kegiatan Sarasehan Nilai-Nilai Pancasila dan Sosialisasi Pembentukan Kampung Pancasila bersama tokoh masyarakat Kelurahan Bendo, Kamis (30/10/2025).

Toto menjelaskan, upaya penguatan ideologi ini sudah tertuang dalam arah kebijakan pembangunan daerah. Dalam RPJP 2025–2045 dan RPJMD 2025–2029, implementasi nilai-nilai Pancasila ditempatkan sebagai prioritas utama. Pemerintah Kota Blitar bahkan telah menyiapkan dasar hukumnya melalui Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan, hasil inisiatif bersama DPRD.
Data Bakesbangpol mencatat, sejak 2022 hingga 2024 telah terbentuk sembilan Kampung Pancasila di berbagai kelurahan, antara lain Rembang, Gedog, Bendogerit, Ngadirejo, Sentul, Kauman, Tanjungsari, Sukorejo, dan Blitar. Pada tahun 2025 ini, sesuai dengan target, bertambah tiga Kampung Pancasila baru, yaitu Pakunden, Klampok, dan Bendo, sementara sembilan kelurahan lainnya dijadwalkan menyusul hingga tahun 2029.
“Kita ingin setiap kelurahan punya ruang belajar, berdialog, dan berpraktik nilai-nilai Pancasila dalam keseharian warganya,” kata Toto.

Di hadapan peserta sarasehan, Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin yang akrab disapa Mas Ibin menegaskan pentingnya menanamkan kembali semangat Pancasila sebagai fondasi pembangunan daerah. Ia menjelaskan bahwa visi kepemimpinan periode 2025 hingga 2030 adalah mewujudkan Kota Blitar yang maju, sehat, dan sejahtera menuju kota masa depan, dengan misi pertama menjadikan Blitar sebagai Kota Pancasila yang aman, religius, dan nasionalis.
“Pancasila bukan hanya ideologi negara, tetapi juga kompas moral bagi pembangunan daerah. Kita ingin membangun kota yang harmoni, inklusif, dan toleran, tempat setiap warga merasa aman dan bangga menjadi bagian dari Indonesia,” ujar Mas Ibin.
Dalam paparannya, Mas Ibin menyinggung data Indeks Harmoni Indonesia (IHI) yang dirilis Kementerian Dalam Negeri. Kota Blitar mencatat skor 6,91 dari skala 9, termasuk dalam kategori baik, yang menunjukkan harmoni sosial, ekonomi, dan budaya warga berjalan seimbang. Namun, ia mengingatkan bahwa capaian ini tidak boleh membuat masyarakat lengah.
“Pemahaman terhadap nilai Pancasila di generasi muda mulai menurun. Karena itu, pembentukan Kampung Pancasila harus menjadi gerakan kultural, bukan sekadar proyek administratif,” katanya.
Kegiatan Sarasehan Nilai-Nilai Pancasila dan Sosialisasi Pembentukan Kampung Pancasila bersama tokoh masyarakat Kelurahan Bendo pada Kamis (30/10/2025) memiliki makna simbolik tersendiri bagi Wali Kota. Di sela arahannya, ia menuturkan kisah lama tentang Mbah Bendo, tokoh yang konon pernah menjadi guru spiritual muda Soekarno.
“Bung Karno menggali Pancasila dari denyut pikir rakyat, dan salah satu inspirasinya lahir dari Bendo.Karena itu, pembentukan Kampung Pancasila di sini bukan hanya administratif, tapi juga spiritual dan historis," ujar Mas Ibin.

Ia berharap Kelurahan Bendo dapat menjadi contoh penerapan nilai-nilai Pancasila yang hidup: gotong royong, saling menghormati, serta kesediaan mendengarkan perbedaan. “Kalau di sekolah kurikulum Pancasila tidak lagi masif seperti dulu, maka masyarakatlah yang harus menjadi ruang baru pendidikan kebangsaan,” tambahnya.
Menurut Mas Ibin, pembentukan Kampung Pancasila adalah cara paling konkret untuk “memasifkan kembali” pendidikan karakter di tengah masyarakat. Dari musyawarah RT hingga kegiatan karang taruna, nilai-nilai dasar bangsa itu bisa dihidupkan secara alami. “Kota Blitar harus menjadi kota yang benar-benar mencerminkan semangat Bung Karno. Tidak cukup hanya menjadi tempat makam proklamator, tetapi juga tempat hidupnya ide dan keteladanannya,” tegas Mas Ibin.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Blitar dr. Syahrul Alim mengurai sisi legislatif dari gerakan ideologis ini. Ia menegaskan bahwa DPRD memegang peran strategis dalam tiga fungsi utamanya: legislasi, anggaran, dan pengawasan. “Melalui fungsi legislasi, DPRD bersama Pemerintah Kota menerbitkan Perda Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan. Dari sisi anggaran, kami memastikan setiap program penguatan ideologi memiliki dukungan keuangan yang memadai,” katanya.

Syahrul juga menekankan pentingnya pengawasan terhadap pelaksanaan program agar tidak sekadar menjadi slogan. Ia mengaitkan penguatan ideologi dengan potensi wisata sejarah di Blitar. “Kota ini adalah bumi Bung Karno. Karena itu, pendidikan ideologi seharusnya juga menjadi daya tarik wisata kebangsaan,” ujarnya. Ia bahkan menutup paparannya dengan refleksi tajam: “Jangan mengaku orang Indonesia sejati kalau belum berterima kasih pada Sang Proklamator di pusaranya.”
Kampung Pancasila, dalam pandangan para pemangku kepentingan itu, bukan hanya ruang simbolik. Kampung ini menjadi laboratorium sosial tempat warga belajar hidup dalam nilai-nilai dasar bangsa. Di sana, gotong royong tidak diajarkan melalui teori, tetapi dipraktikkan dalam kegiatan warga seperti membersihkan lingkungan, menjaga kerukunan, dan menolong tetangga.

Bakesbangpol menargetkan pada 2029, seluruh kelurahan di Kota Blitar menjadi Kampung Pancasila. Target itu bukan semata soal angka, melainkan cermin dari ambisi besar menjadikan Blitar sebagai pusat penguatan ideologi nasional. Seperti kata Mas Ibin di akhir sambutannya:
“Penggali nilai-nilai Pancasila, Bung Karno, dimakamkan di Kota Blitar. Kini saatnya Kota Blitar menumbuhkan kembali semangat Pancasila di seluruh kampungnya.”
