Guratan pena.
Terlihat jelas meski dipandang jenaka.
Singgasana yang sempat membutakan mata.
Seharusnya, kini hanya tinggal tetesan air mata.
Suatu ketika, para jenaka berperan antagonis.
Bersikap anarkis, dengan cara mengikis.
Baca Juga : Seluruh SPPG di Kota Batu Belum Kantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi
Bengis.
1, 3, 5, dan bahkan seterusnya.
Satu persatu dihabisi meski tanpa diadili.
Sang jenaka merasa "saya adalah segalanya".
Lupa.
Lupa jika luka yang disebabkan itu nyata.
Tak peduli.
Meski cibiran menerpa sana-sini.
Dan, bahkan seantero negeri tahu.
Namun, tetap tak punya malu.
Hingga akhirnya.
Sang karma pasti tiba, meski tak sempat menyapa.
Kini, yang tersisa hanya luka.
Sesak dalam dada.
--------------------------------------------------
Puisi Berjudul:
Karma Genosida 135
Karya: Perspektif Penulis
1 Oktober 2024.
Respect: Tragedi Kemanusiaan Kanjuruhan.