Demi Gengsi, Fenomena Joki Strava di Olahraga Lari Semakin Marak

05 - Jul - 2024, 02:29

Salah satu akun di X menawarkan jasi Joki Strava. (Foto: X)

JATIMTIMES - Layanan joki aplikasi Strava belakangan ini menjadi perbincangan panas di media sosial, terutama di kalangan penggemar lari. Dengan menggunakan jasa ini, seseorang dapat memperoleh kecepatan (pace) lari yang baik tanpa perlu berusaha keras.

Diketahui, Strava adalah aplikasi yang digunakan untuk melacak hasil kebugaran dari berbagai jenis olahraga, termasuk lari. Melalui aplikasi ini, seseorang dapat melihat seberapa jauh ia telah berlari dan seberapa cepat ia berlari.

Baca Juga : Pj Wali Kota Malang Turut Soroti Soal Judi Online

Data tersebut seringkali tidak hanya disimpan untuk konsumsi pribadi, tetapi juga diunggah di media sosial. Hal ini memicu persaingan dan adu gengsi di antara pengguna, terutama dalam hal kecepatan lari mereka. Fenomena ini akhirnya melahirkan joki Strava. 

Seperti diungkap oleh pengguna X @hahahiheho, yang menawarkan jasa joki Strava. Akun tersebut mengaku bukan dirinya yang berlari, melainkan saudaranya.

"btw aku buka joki strava yahh!! tapi yang lari sodaraku yang jago larii, price menyesuaikan pace, km dan dl yahh!! bisa dm akyuuu.. #jokistrava," tulis akun tersebut sambil mengunggah catatan Strava saudaranya yang berlari sejauh 1,69 km.

Sebagai informasi, joki Strava ini menyediakan layanan untuk menggantikan orang lain berolahraga, tetapi tetap menggunakan akun pemohon jasa. Dengan demikian, data kebugaran pemilik akun, seperti seberapa jauh ia berlari atau kecepatan larinya, dapat ditingkatkan dengan bantuan joki.

Kemudian, pemilik akun Strava tinggal mengunggah data tersebut ke media sosial dan mengklaim bahwa itu adalah hasil kebugaran mereka sendiri.

Selain meningkatkan data kebugaran, joki Strava juga menawarkan jasa lain, seperti membuat rute lari dengan bentuk unik. Rute tersebut bisa berbentuk gambar hewan, awan, atau lainnya, yang dibuat dari variasi jalan yang dipilih oleh pelari.

Hingga berita ini ditulis, fenomena ini sedang ramai dibahas di media sosial dan bahkan menjadi trending topic di X. Beberapa orang menanggapinya dengan santai dan menganggapnya sebagai hiburan semata. Namun, tidak sedikit yang menentangnya.

Jasa joki Strava dianggap memperkuat kebutuhan berlebihan seseorang hanya untuk mendapatkan validasi atau pujian. Meskipun data yang dibagikan sebenarnya adalah hasil kerja joki.

Banyak juga netizen yang berkomentar bahwa tujuan olahraga seharusnya adalah untuk menjaga kesehatan, bukan hanya untuk ajang FOMO dan pengakuan sosial.

Baca Juga : Bupati Sanusi Dorong Atlet Sepak Takraw Kabupaten Malang Raih Juara di Porprov Jatim 2025

"Bangst joki strava awokawoakwoakwo nista banget kalian yang olahraga lari demi konten," tulis @laptonya***.

"Semenjak ada perjokian Strava ini, HRD mesti pikir-pikir lagi kalo mau adain kompetisi healthy lifestyle di kantor," tulis @taufik****.

"Anjir mau olahraga aja pake joki," tulis @Emma****.

Melansir dari laman resmi Strava, program untuk meningkatkan kecepatan lari (Pace) memang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Menurut Strava, kecepatan lari dan jarak yang ditempuh seseorang akan terus meningkat seiring dengan pengalaman mereka dalam mendalami hobi ini.

“Menjalankan maraton yang baik adalah puncak dari latihan yang konsisten selama 16, 12, atau 8 minggu latihan sebelumnya,” tulis Strava.

Meskipun sulit, hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Strava juga menyarankan agar pelari menetapkan tujuan dan rencana program yang jelas. Konsistensi juga menjadi kunci untuk mencapai tujuan tersebut.

“Anda perlu mengondisikan tubuh Anda sebaik mungkin sebelum hari berlari. Perlu membiasakannya dengan kecepatan yang seharusnya sehingga tidak menjadi kejutan total bagi sistem tubuh Anda,” tulis keterangan Strava.