Shibori, Kain Batik ala Jepang yang Mulai Diminati

Reporter

Joko Pramono

Editor

Yunan Helmy

26 - Aug - 2019, 03:37

Kain shibori yang baru dicelup dan dijemur. (foto ; Joko Pramono/Jatim Times)

TULUNGAGUNGTIMES - Kain shibori tengah menjadi tren saat ini. Warna dan motifnya yang unik membuat kain ini jadi buruan utuk dijadikan selendang atau juga untuk membuat baju.

Tahukan Anda, kain shibori merupakan kain yang diwarnai dengan teknik pewarnaan mencelup kain yang diikat ke dalam pewarna. Shibori sendiri berasal dari Jepang, atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama ‘jumputan’. Tak jarang pula disebut dengan batik Jepang lantaran hasil yang dihasilkan terkadang tak jauh berbeda dengan kain batik.

Salah satu pelaku usaha kain shibori adalah Elis Zulva Mastuti. Wanita berjilbab ini juga berkenan menjelaskan cara pembuatan kain shibori.

Menurut Elis, konsep pembuatan kain shibori mengandalkan teknik ikat celup. Dengan teknik ini, beberapa kain 'dilindungi' agar tidak terkena corak pewarna sehingga pada hasil akhirnya tercipta pola sesuai dengan bagian yang diwarnai dan 'dilindungi'.

Teknik 'melindungi' kain shibori ini dilakukan dengan menggunakan teknik seperti melipat, melilit atau melintir, mengikat, menekan kain dan selanjutnya mencelupkannya pada pewarna, baik warna sintetis untuk kain atau bahkan warna alami.

"Ada empat teknik dalam pembuatan kain shibori ini. Yakni arashi, itajeme, kumo! dan kanoko. Tapi yang populer teknik kanoko atau disebut jumputan itu tadi," jelas warga Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung, ini.

 Elis mengungkapkan, setiap bulan pesanan kain shibori cenderung naik. Rata-rata tiap bulan, dirinya mendapat pesanan sekitar 50-80 kain, dengan harga bervariasi sekitar Rp 125 ribu–Rp 250 ribu pe llembar. Biasanya, pemesan memanfaatkan untuk seragam keluarga, kantor dan lainnya.

Dan karena peluang usaha kain shibori ini cukup besar, lantas banyak peminat untuk membuka usaha ini. Bahkan, sering Elis  mendapatkan panggilan untuk menjadi narasumber di berbagai pelatihan.

"Dalam sebulan ini, saya udah ngisi dua acara pelatihan. Satu hajat Dinkop dan satunya pelatihan mandiri dari sahabat UMKM karena peminatnya cukup banyak mengingat peluang usaha ini cukup menjanjikan. Bahkan, kami ada cluster atau komunitas shibori yang baru di-launching pada Kamis (14/8) kemarin," jelas ibu tiga anak ini

Untuk bahan,  Elis biasanya menggunakan kain katun berwarna putih karena sifatnya yang dapat menyerap air. Tapi juga ada pemesan dari kain sutra dan lainnya. 

Kendati tak memasok shibori yang bentuk jadi (busana), kain shibori ini biasanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai model busana untuk pria maupun wanita. Bahkan, juga bisa disulap menjadi busana premiun yang dapat digunakan untuk acara resmi dan pesta. "Insya Allah saya akan kerjabsama dengan salah satu desain ternama di Surabaya untuk mengikutsertakan kain shibori ini di atas catwalk," kata Elis.

Salah satu peserta, Amelia Saga, mengaku sudah mengikuti dua kali pelatihan. Alasannya, karena penasaran dengan teknik pembuatan kain shibori. Terlebih, kain shibori ini yang telah booming sejak beberapa tahun lalu dan masih tetap eksis sampai sekarang. Bahkan, peminatnya pun terus meningkat. 

Menurut desainer asal Perum Sobontoro Indah ini, kain shibori bisa di model busana bisa casual ataupun pesta tinggal pemilihan kain yang akan diwarna saja. Misal kalau mau busana pesta, pakai kain sutera dan kalau busana casual, pakai kain katun.

"Ya aku tertarik ikut shibori karena basic-ku di fashion. Dan pengen merasakan juga proses pembuatan motif kain," kata Amelia.