Harga Gamblong Mahal Bikin Peternak Tulungagung Kelimpungan, Ini Alasannya
Reporter
Anang Basso
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
08 - Jan - 2018, 12:54
Seperti sudah menjadi kebutuhan wajib bagi peternak untuk memberikan makanan halus non tumbuhan seperti polar, katul atau gamblong. Makanan ternak berupa kambing, sapi atau kerbau itu selain dianggap membantu menggemukkan juga dijadikan sebagai cara menghemat pakan kasar (rumput) atau daun lainnya.
"Apalagi musim hujan, harga rumput gajah juga mahal dan sulit dicari. Gamblong merupakan makanan pembantu untuk mengurangi jatah makanan rumput itu. Tapi sayang harganya mahal sekarang," kata Jumali warga Balesono Kecamatan Ngunut.
Jumali menambahkan selain mahal, Gamblong kini juga sulit dicari. Harga yang dahulu di bawah Rp 500 naik menjadi Rp 700 dan kini perkilogram mencapai Rp 1000.
"Jadi sekarang sama sulit, rumput susah dicari karena hujan tiap hari ditambah gamblong dan katul juga mahal," paparnya.
Salah satu penjual gamblong, Kusnan (52) menjelaskan jika mahalnya gamblong memang dikeluhkan peternak di Tulungagung. Kenaikan harga hingga lebih dari 100 persen dikarenakan kelangkaan barang.
"Dikirim dari Jawa Tengah tepatnya dari Kabupaten Pati. Di sana juga mengalami hal yang sama, pabrik tepung kesulitan mendapatkan ketela (singkong) sebagai bahan baku sehingga produksinya turun," kata Kusnan.
Gamblong sendiri menurut Kusnan adalah limbah pabrik tepung singkong. Ampas yang sudah tidak dipakai dulu bingung membuang dan siapapun boleh mengambil sehingga warga di Tulungagung hanya mengganti uang transportasi.
"Sekarang di sana sudah beli, belum transport dari sana ke sini. Ya semoga bisa turun harganya, kasihan juga peternak," paparnya.
Kusnan sendiri biasanya menjual tiga jenis gamblong. Yaitu gamblong kering yang kadar airnya tinggal 30 persen. Kemudian gamblong blok yang sudah dibungkus sak dari Jawa Tengah. Per sak berkisar 35-40 kilogram dengan harga kini Rp 37 ribu dan gamblong curah per kilogram kini di jual Rp 1000.